KETUA Tim Percepatan Kerjasama Strategis Pengembangan Kepulauan Maratua, Dr Meiliana, SE, MM beberapa waktu terakhir sering terbang ke Maratua. Salah satunya memastikan bahwa program Maratua Bebas dari Sampah Laut (marine debris) bisa berjalan. Maklum sampah laut dan pesisir menjadi momok bagi kawasan dan pulau, yang dikembangkan sebagai objek wisata.
Seperti kita ketahui, Maratua di Kabupaten Berau yang luasnya 412 ribu hektare dengan penduduk sekitar 5.000 orang, tengah dikembangkan sebagai destinasi wisata dunia yang berkelanjutan dengan penerapan konsep ekonomi biru. Karena itu pengelolaan sampah laut dan pesisirnya harus menjadi perhatian penting.
Beberapa waktu lalu Mei, panggilan akrab Meiliana, berdiskusi dengan Dr Myrna Asnawati Safitri, deputi Bidang Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN) untuk ikut menangani penanganan sampah di Maratua. Mei merasa perlu mengajak Myrna karena IKN berkepentingan juga dengan kehadiran Maratua.
Jika sampah laut tidak bisa dikendalikan, maka efeknya tidak saja berdampak terhadap lingkungan dan habitat di sekelilingnya, juga bisa membuat orang malas datang ke tempat itu. Siapa yang mau datang ke tempat jorok dan penuh sampah. “Karena itu penanganan sampah laut dan pesisir menjadi perhatian tim percepatan,” kata Mei.
Mei, Rabu (23/11) kemarin kembali berada di Maratua. Acaranya sosialisasi, bimtek dan serah terima pembangunan Tempat Penampungan Sementara (TPS) dan Pusat Daur Ulang di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, yang berlangsung di Kampung Teluk Harapan. Ini bantuan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).
Mei mengingatkan bahwa Menteri KP Sakti Wahyu Trenggono sudah memberikan arahan tentang prinsip pengelolaan laut. Yaitu untuk manusia, laut untuk ekonomi dan laut untuk alam. Jadi semua aspek saling mendukung.
“Ya memang program bersih laut dan pesisir menjadi perhatian serius dari KKP,” kata Suryo Prasojo, Sub Koordinator Pencemaran Direktorat Pendayagunaan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (P4K) KKP, yang menyerahkan bantuan tersebut.
Ia menjelaskan, setidaknya ada 7 jenis sampah laut yang perlu mendapat perhatian kita semua. Di antaranya yang terbanyak adalah plastik. Selain logam, gelas, kayu, kertas dan kardus, karet serta pakaian, sepatu dan bahan perabot rumah tangga.
Karena itu, ada 5 strategi yang dilakukan KKP dalam aksi nasional penanganan sampah laut. Yaitu melakukan gerakan nasional peningkatan kesadaran para pemangku kepentingan, pengelolaan sampah yang bersumber dari darat, penanggulangan sampah di pesisir dan laut, mekanisme pendanaan serta penelitian dan pengembangan.
Suryo berharap TPS dan Pusat Daur Ulang yang dibangun dan disediakan oleh KKP bisa dimanfaatkan warga Maratua dengan efektif. Alat itu diserahkan kepada Kepala Kampung Teluk Harapan Abnir Dani Lutfi dan Ketua Kelompok Pengelola Sampah Danakan.
Bantuan tersebut terdiri dari motor tiga roda pengangkut sampah, mesin pres sampah kering, bangunan pelindung dan sarana pendukung lainnya. “Ini menjadi stimulans bagi masyarakat untuk dapat menggerakkan ekonomi (sirkular ekonomi) sekaligus melakukan penanganan sampah dengan baik,” begitu pesan khusus Muhammad Yusuf, direktur Pendayagunaan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
Dikatakan, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono terus berkomitmen untuk memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai pengelolaan sampah di laut sesuai Perpres No 83/2018 tentang Penanganan Sampah Laut dengan target pencapaian pengurangan sampah laut sebesar 70 persen hingga 2025.
Beberapa waktu lalu Gubernur Isran Noor bersama masyarakat di Maratua melaksanakan gerakan aksi bersih-bersih di Pulau Maratua. “Kita tidak usah saling menyalahkan soal sampah ini, tetapi kita semua harus berbuat bersama-sama untuk menanganinya,” katanya.
Isran menegaskan kebersihan Pulau Maratua harus dijaga bersama karena keindahan pulau ini sudah terkenal di mancanegara. “Yang datang ke sini bukan saja turis domestik, tetapi juga wisatawan dari berbagai negara seperti China, Afrika dan Eropa,” tambahnya.
Menurut Mei, Tim Percepatan Maratua bersama Bupati Berau Sri Juniarsih MS baru saja melaksanakan pertemuan di Bali khusus membahas program kerjasama pengelolaan sampah dan peningkatan ekonomi masyarakat Maratua dengan pihak ketiga.
Mereka menghadirkan Dubes Negara Seychelles sebagai mitra Maratua, Nico Barito, Deputi Penanganan Sampah KLHK, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kaltim, Deputi Otorita IKN, Dirjen PRL KKP dan Kadis LH Provinsi Bali. “Alhamdulillah kita banyak mendapat masukan untuk Maratua yang bersih dan indah,” kata Mei.(*)