Imamat Pastor Huvang

Imamat Pastor Huvang

Pastor Huvang Hurang senam bersama jemaat.

SAYA mendapat undangan syukuran imamat 50 tahun Pastor FX Huvang Hurang, MSF. Acaranya berlangsung di Gereja Katolik Santa Theresia, Prapatan Balikpapan, Jumat (9/12) ini.  Rencananya acara diawali dengan perayaan ekaristi sore hari, baru malamnya dilaksanakan ramah tamah.

Dalam undangannya, Pastor Huvang Hurang mengutip  1Timotius 1:12 yang berbunyi “Karena ia menganggap aku setia.” Ia ingin menunjukkan rasa syukurnya bahwa perjalanan dan pengabdiannya selama 50 tahun menjadi imam adalah kesetiaannya memberikan pelayanan kepada gereja dan kepada umat.

Tentu umat Katolik di Balikpapan kenal betul dengan Pastor Huvang Hurang. Wajahnya teduh, ceria, dan bersahaja apalagi ketika menyampaikan firman Tuhan. Dia mulai bertugas di Balikpapan, 19 Juli 2011 menggantikan Pastor FX Sumantoro Pranjono MSF. Berarti sudah 11 tahun dia bertugas di Kota Beriman, di markasnya di Gereja Santa Theresia.

Pada era keimamannya itu, Gereja Santa Theresia mengalami renovasi dan pembangunan yang luar biasa. Meski bangunan lama masih tetap dipertahankan sebagai cagar budaya,  bangunan baru berdiri sangat monumental sebagai pusat ibadah umat Katolik di Balikpapan dan sekitarnya. Dibangun selama lima tahun dengan biaya Rp26 miliar.

Gereja Santa Theresia Prapatan Balikpapan berdiri megah setelah direnovasi.

Gereja Santa Theresia adalah salah satu dari 3 gereja Katolik di Balikpapan, yang berada di bawah Keuskupan Agung Samarinda. Sudah berdiri sejak 1938 dan menjadi saksi berkecamuknya serangan Belanda di kota ini.  

Ketika Pastor Huvang Hurang dikukuhkan Uskup Agung Samarinda Mgr Florentinus Sului MSF, saya juga baru satu setengah bulan dilantik menjadi wali kota Balikpapan menggantikan Pak Imdaad Hamid. Tapi ketika masa tugas saya berakhir 31 Mei 2021, Pastor Huvang Hurang masih menjalankan tugasnya di Santa Theresia.

Saya pikir Pastor Huvang Hurang sudah lupa dengan saya karena saya tidak bertugas lagi sebagai wali kota. Ternyata pertemanan kami tetap berjalan. Saya diberitahu Stellangelina, salah seorang panitia bahwa Pastor Huvang Hurang mengundang saya dalan acara syukuran 50 tahun pengabdiannya sebagai pelayan Tuhan.

Saya memang akrab dengan beliau. Waktu saya bertugas sebagai wali kota, saya sering singgah ke Santa Theresia. Tak jarang diminta memberi sambutan dalam berbagai acara perayaan seperti Natal dan Paskah. Bahkan ada sambutan saya yang viral.

Sebagai seorang Muslim, saya ingin menunjukkan bahwa Islam sangat menghormati dan toleran dengan saudaranya yang beda agama. Ideologi Pancasila juga mengajarkan kepada kita bahwa keragaman adalah rahmat Tuhan.

Ketika saya melakukan pembatasan kegiatan di rumah ibadah  milik semua umat beragama akibat Covid-19 tahun 2020 lalu, Gereja Santa Theresia yang dipimpin Pastor Huvang Hurang menjadi salah satu pelopor kepatuhan dan pembatasan sosial yang baik dan tertib. Saya harus berterima kasih dan memberikan apresiasi yang tinggi.

Pastor Huvang Hurang ketika menerima tugas di Paroki Santa Theresia Balikpapan tahun 2011.

MULAI TERING

Cukup panjang perjalanan rohani Pastor Huvang Hurang. Dari pedalaman Mahakam sampai akhirnya ke Balikpapan. Dia menempuh  pendidikan seminari sejak tahun 1957 dari Sanga-Sanga Dalam, kemudian ke Nyarumko, Kalbar, Stella Maris Bogor, Novisiat MSF Ungaran, Skolastikat MSF Yogya pada tahun 1965, sampai akhirnya pada tanggal 10 Desember 1972 ditahbiskan menjadi imam di Tering dari tangan Mgr Jac Romeijn MSF.

Tering lengkapnya Tering Lama adalah kampung kelahiran Huvang Hurang di Kabupaten Kutai Barat. Dia keluarga suku Dayak yang mendiami kampung itu. Ayahnya bernama Johannes Hurang Ajang dan ibunya, Lucia Karing Gath. Ada enam saudaranya, tapi tiga di antaranya sudah tiada.

Saya pernah ke Tering Lama, ketika masih menjadi wartawan. Cukup panjang perjalanan ke sana menyusuri sungai Mahakam. Naik kapal dan longboat. Belum ada perjalanan lewat darat. Mengasyikkan walau penuh petualangan. 

Menurut Bupati Kubar FX Yapan, Tering Lama atau Umaa Huwang Triing adalah salah satu kampung bersejarah, yang dihuni oleh Suku Dayak Bahau Saaq. Karena kampung ini sudah ada jauh sebelum abad lebih.

Tering Lama salah satu kampung di Kecamatan Tering. Penduduknya tidak sampai 1.000 (entah sekarang). Tapi luas wilayahnya sekitar 1.555 kilometer persegi atau  tiga kali lipat dari luas Balikpapan, yang hanya 503,3 kilometer persegi. Padahal Balikpapan saat ini dihuni tidak kurang 688 ribu jiwa lebih.

Kampung Tering Lama di Kutai Barat.

Banyak kursus teologi yang diikuti Pastor Huvang Hurang. Tapi ada juga di luar itu. Misalnya dia pernah mengikuti kursus pertanian di Salatiga dan kursus keperawatan di RS ST Yoseph Tering. Yang unik, dia juga pernah mengikuti kursus fotografi di Manila.

Sebelum tugas di Balikpapan, Huvang Hurang pernah menjadi pastor rekan di Barong Tongkok, pastor paroki di Buntok Kalteng, direktur seminari di Banjarmasin, pejabat pastor paroki Alleluia Tanah Grogot, dan pastor Paroki St Lukas Samarinda.  

Andhika Hasan, wakil ketua Dewan Pastoral Santa Theresia mengaku sangat hormat atas pengabdian yang diberikan Pastor Huvang Hurang. “Beliau benar-benar membimbing umat. Orangnya murah hati dan suka kesenian. Beliau banyak mengoleksi pakaian daerah dengan pernak-perniknya,” kata pengusaha yang juga pengurus PDIP Kaltim ini.

Yang menarik, kata Andhika, tanaman apa yang saja kalau di tangan Pastor Huvang Hurang selalu tumbuh subur. “Itu pertanda beliau memang mencintai kehidupan dan alam,” tambahnya.

astor Huvang Hurang dan Andhika Hasan (kanan).

Saya mendoakan Pastor Huvang Hurang selalu sehat pada usianya yang sudah mencapai 79 tahun. Tentu tak ada batas usia dalam memberikan  pelayanan kepada gereja dan umat. Seorang teman saya Katolik mengutip 2Kor 5:15. “Orang yang mengabdi sepenuhnya kepada Tuhan adalah orang yang tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri.” Dan itulah yang tengah dijalani Pastor Huvang Hurang. Dia tak pernah berhenti. Seperti kata Paus Fransiskus : “Hidup adalah perjalanan. Ketika kita berhenti, banyak hal tidak berjalan dengan baik.”(*)