KETUA Tanfidziyah Nahdlatul Ulama (NU) Balikpapan KH Muhammad Muhlasin bersyukur di akhir masa khidmat kepengurusannya masih sempat mengikuti acara resepsi peringatan Satu Abad Nahdlatul Ulama di Sidoarjo, Jatim.
Dia datang ke Sidoarjo bersama pengurus dan warga Nahdliyin Balikpapan lainnya. Termasuk dari pengurus Fatayat NU. Terlihat juga KH Abbas Alfaz selaku Rois Suriyah, KH Muslih Umar dan pengurus lainnya.
Mereka berbaur dengan warga Nahdliyin yang datang dari berbagai penjuru Tanah Air. Di acara puncaknya yang berlangsung di Stadion Gelora Delta, tidak kurang satu juta orang yang hadir. Akibatnya di mana-mana terjadi kemacetan.
Menurut Kiai Muhlasin, warga Nahdliyin yang datang ke Sidoarjo memang siap bersusah payah. Maklum tidak gampang datang ke tempat acara. Warga Nahdliyin tumpah ruah. Tapi hebatnya semua bergembira merayakan satu abad NU. Berada di Sidoarjo seperti berada di “Kota NU.” Hampir tak ada sudut kota yang tidak terisi warga NU.
PBNU sengaja mengambil tempat perayaan Satu Abad NU di Sidoarjo, yang dijuluki Kota Udang atau Kota Delta. Di Kabupaten terkecil dan terpadat di Jatim ini punya hubungan kultural dengan NU. Sebab, pendiri NU KH Hasyim Asy’ari bersama Syaikh Muhammad Kholil pernah belajar di Pondok Pesantren Siwalan Panji, Sidoarjo.
“Jadi sekalian kita ingin meraup berkah dari guru-guru dan ulama yang pernah belajar di sini,” kata Wakil Sekjen PBNU Rahmat Hidayat.
Puncak acara harlah ke-100 NU mengambil tema: “Mendigdayakan Nahdlatul Ulama Menjemput Abad Kedua Menuju Kebangkitan Baru.” Puncak acaranya berlangsung Selasa (7/2) lalu dengan diisi empat rangkaian acara selama 24 jam nonstop.
Dimulai dengan lailatul qoriah, qiyamul lail, salat subuh berjamaah dan gebyar salawat dari Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf. Lanjut acara puncaknya pagi hari bersama Presiden Jokowi, kemudian karnaval budaya serta diakhiri malamnya dengan panggung rakyat menghadirkan legenda dangdut Rhoma Irama, Maher Zain, Slank dan ISHARI. Walaupun sudah siap tampil, Rhoma akhirnya batal manggung karena kondisi cuaca yang tidak memungkinkan.
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya menjelaskan, alasan penetapan 7 Februari sebagai Harlah NU berdasarkan penanggalan Hijriyah. NU didirikan 16 Rajab 1344 H. “Nah 16 Rajab itu persis jatuh 7 Februari,” katanya.
Balikpapan punya catatan penting bagi perjalanan PBNU masa khidmat 2022-2027. Soalnya pengukuhan Gus Yahya sebagai Ketua PBNU dan pengurus lainnya berlangsung di BCC Dome Balikpapan, 31 Januari tahun lalu.
Selesai pengukuhan, Gus Yahya sempat meninjau lokasi Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kecamatan Sepaku, PPU sekaligus mencanangkan pembangunan sekretariat PBNU di ibu kota baru tersebut. “NU tidak mau ketinggalan ambil bagian dalam pembangunan IKN,” katanya.
KH Muhlasin yang juga pimpinan pondok pesantren Al ‘Izzah menjadi ketua PCNU Balikpapan dua kali masa khidmat. Periode pertama 2012-2017, lanjut yang kedua 2017-2022. Bulan Februari ini rencananya akan dilaksanakan Konfercab untuk memilih pengurus baru.
Selain berhasil membangun NU yang kompak dan penuh dakwah sejuk, KH Muhlasin juga sukses membangun Graha NU Balikpapan di kawasan pertigaan Batu Ampar, Jl Soekarno-Hatta Km 4. Gedung megah berlantai 4 itu dibangun dengan biaya Rp 6 miliar hasil dukungan warga nahdliyin dan bantuan pemerintah daerah serta donatur lainnya.
Kiai Muhlasin juga sukses mengembangkan Pesantren Al ‘Izzah di Jl Sei Wain, Km 15 sebagai Pesantren Mahasiswa Kemandirian Ekonomi. Pesantren ini lokasinya kebetulan berdekatan dengan kampus Institut Teknologi Kalimantan (ITK). Karena itu terjalin kerjasama yang harmonis dalam membangun karakter anak-anak mahasiswa ITK melalui Pesantren Al ‘Izzah.
Fatayat NU Balikpapan di arena Satu Abad NU di Sidoarjo.
ADA TIGA BINTANG
Siapapun mengakui puncak acara resepsi Satu Abad NU di Stadion Gelora Delta Sidoarjo sangat fenomenal. Hampir semua tokoh di negeri ini hadir meski bersusah payah. Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) harus jalan sekitar 3 km menuju tempat acara. Apalagi undangan yang lain. Kabarnya ada 300 ulama dunia juga datang.
Di tengah ribuan tokoh yang hadir termasuk mantan presiden Megawati, ada “tiga bintang lapangan,” yang sangat dielu-elukan warga nahdliyin. Yang pertama tentu saja Presiden Jokowi. Dia membaur dengan warga NU mengenakan sarung hijau dan berkopiah.
Mengawali amanatnya, Jokowi sempat menyemangati warga nahdliyin yang disengat matahari pagi. “Ngga apa-apa, ini panas pagi membuat badan kita lebih sehat,” katanya tersenyum. Di lapangan ribuan anggota Banser yang berbaris tertib mengelu-elukan Presiden.
Sambutan Jokowi mengandung banyak pujian dan harapan. Dia memuji NU yang disebutnya telah menjaga ketahanan masyarakat dalam menghadapi berbagai tantangan-tantangan serta pergolakan di tengah masyarakat.
“NU berhasil dalam menghadapi pandemi Covid-19, dalam menghadapi hantaman gerakan-gerakan radikal, termasuk menjaga diri dari politik identitas dan ekstremisme,” kata Kepala Negara.
Presiden meminta NU terus menjadi teladan dalam keberislaman yang moderat. “Juga terus menjaga toleransi, menjaga persatuan, menjaga kegotong-royongan, serta terus mengikuti perkembangan zaman,” tambahnya.
Bintang kedua adalah Gus Yahya. Sang ketua umum ini menampilkan wajah baru NU yang mendunia dan tidak berpolitik. Sambutannya yang penuh semangat ada yang diucapkan dalam bahasa Indonesia, bahasa Inggris dan bahasa Arab. Dia pernah menjadi juru bicara Presiden Gus Dur dan diangkat Presiden Jokowi menjadi Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres).
Dengan suara bergetar dia mengucapkan selamat datang di abad kedua Nahdlatul Ulama baik kepada Presiden Jokowi, kepada beberapa tokoh termasuk organisasi garda depan NU. “GP Ansor, Muslimat dan Fatayat, selamat datang di abad kedua Nahdlatul Ulama,” katanya lantang.
Gus Yahya menutup ucapannya dengan berharap abad kedua NU bisa terus gemilang dan dilindungi oleh Allah, Tuhan Yang Maha Esa. “Wahai abad ke-2 rengkuh kami dalam berkah, harapan, prasangka baik akan rida Allah, pertolongan Allah Yang Maha Rahman,” ujar kakak kandung Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas ini.
Kiprah Gus Yahya sudah dikenal dunia internasional. Dia sering menjadi pembicara dunia. Dia juga tercatat sebagai salah satu inisiator pendiri institut keagamaan di California, Amerika Serikat. Gus Yahya menyuarakan konsep rahmat sebagai solusi bagi konflik dunia.
Yang menjadi bintang ketiga dalam perayaan Satu Abad NU adalah Erick Thohir. Dia memang Menteri BUMN, yang tidak terlalu terkait urusan dengan NU. Tapi dia adalah anggota kehormatan Banser, yang didaulat menjadi ketua panitia Satu Abad Harlah NU.
“Assalamualikum, mohon izin anggota Banser naik pesawat kepresidenan,” katanya di depan para Menteri lainnya, yang menyertai perjalanan Jokowi. Erick tampil mengenakan peci berlambang NU dan jaket loreng khas Banser.
Dia sempat memberikan sambutan. Erick mengaku bangga bisa diterima warga nahdliyin. Dia melihat NU sebagai organisasi Islam terbesar telah berhasil melintasi berbagai zaman dan generasi. “Sampai era digital sekarang, NU tetap relevan dan dicintai masyarakat,” ucapnya.
Erick juga menjamin NU di bawah kepemimpinan KH Yahya Cholil Staquf akan terus di belakang pemerintahan Presiden Jokowi dalam mendukung NKRI dan Pancasila.
Berbagai pihak terutama warga nahdliyin memuji Erick berhasil melaksanakan tugasnya dengan baik dan luar biasa. Peringatan Satu Abad NU sukses dan fenomenal. Ada yang berkomentar, itu pertanda baik bagi Erick, yang juga disebut-sebut bakal menjadi calon kuat di kursi Capres atau Cawapres. Kita lihat episode berikutnya.(*)