SEBELUM Presiden Jokowi terbang ke Arab Saudi dan Amerika Serikat, Majelis Ulama Indonesia atau MUI lebih dulu mengeluarkan fatwa haram dalam upaya mendukung perjuangan bangsa Palestina, yang saat ini tengah dihabisi (genosida) oleh negara Israel laknatullah.
Fatwa haram itu dirilis MUI pada 10 November setelah dilaksanakan Sidang Rutin Komisi Fatwa MUI, yang dipimpin Ketua MUI Bidang Fatwa KH Asrorun Niam Sholeh. Tegasnya, fatwa itu diberi label Fatwa MUI No 83 Tahun 2023 tentang Hukum Dukungan terhadap Palestina.
Berdasarkan fatwa tersebut, mendukung perjuangan kemerdekaan Palestina hukumnya wajib. Sementara mendukung Israel hukumnya haram. MUI juga menegaskan bahwa umat Muslim diharamkan membeli produk dari produsen yang terafiliasi dan mendukung agresi Israel ke Palestina.
Aksi boikot atau mengharamkan produk yang terafiliasi Israel itu sejalan dengan Gerakan Boikot, Divestasi dan Sanksi atau BDS (Boycott, Divestment, Sanctions), yang sudah dijalankan di berbagai belahan dunia terutama negara Islam selama beberapa tahun terakhir.
Mengutip akun Instagram @hijrahpedia, disebutkan ada 121 produk yang beraroma terafiliasi dengan Israel. Produk itu beredar di Indonesia dan sebagian besar menjadi pilihan konsumen terbesar. Gerainya dibuka hampir di seluruh pelosok Tanah Air.
Lihat saja. Dari makanan fast food di antaranya ada McDonald’s, KFC, Pizza Hut dan Burger King. Dari minuman dan makanan ringan di antaranya Starbucks, Oreo, Cheetos, Milo, Nescafe, Coca Cola, Pepsi, Fanta termasuk Aqua. Sedang dari produk perawatan pribadi di antaranya terdapat Rinso, Molto, Pepsodent, Close Up, Colgate, Sunsilk, Lifeboy, Lux, Sariwangi, Listerine, Lipton, Royco, Nivea, Loreal dan Maggi.
Menurut Direktur Utama LPPOM (Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika) MUI, Muti Arintawati, adanya fatwa haram penggunaan produk yang diklaim terafiliasi Israel tidak berarti menghilangkan status halal dari produk tersebut. “Kehalalan produk tidak mengalami perubahan sepanjang seluruh persyaratan Sistem Jaminan Produk Halal (SJPH) terus diimplementasikan oleh pihak perusahaan atau pabrik,” jelasnya.
Menurut pakar marketing Yuswohady, boikot ini bersifat Fear of Missing Out (FOMO) atau perasaan takut tertinggal karena tidak mengikuti aktivitas tertentu. Setelah terjadi gencatan senjata dan perdamaian di Israel dan Palestina nanti, maka FOMO akan hilang.
Dia juga mengungkapkan, adanya aksi boikot MUI, menjadi momentum baik untuk brand lokal dan pelaku UMKM untuk menggaet pasar. “Ini kesempatan baik brand lokal berkembang, tinggal pendekatannya dilakukan dengan baik,” jelasnya kepada Republika.
Adanya aksi boikot menekan Israel membuat Danone kaget dan resah. Danone adalah perusahaan yang beroperasi di 120 negara termasuk di Indonesia. Salah satu produknya adalah minuman mineral kemasan Aqua, yang sudah mendarah daging di tubuh kita.
Menurut Corporate Communication Director Danone Indonesia, Arif Mujahidin, Danone tidak memiliki afiliasi dengan politik di mana pun. Danone juga tidak memiliki pabrik di Israel dan juga tidak beroperasi di sana.
Di Indonesia, Danone memiliki 25 pabrik dengan 13 ribu karyawan dan melayani lebih dari 1 juta pedagang di seluruh negeri. “Danone terus berkomitmen untuk mengembangkan investasinya di Indonesia demi turut membantu ekonomi, sosial dan kesehatan bangsa Indonesia,” jelasnya seperti diberitakan WARTAKOTALIVE.COM.
Sementara itu MUI membantah merilis daftar produk Israel dan terafiliasi seperti yang beredar di internet atau media sosial. “MUI tidak berkompeten, itu yang merilis pihak lain,” kata Sekretaris Komisi Fatwa MUI Miftahul Huda kepada detiknews.
Gara-gara adanya ajakan aksi boikot, ada pemilik toko dengan akun @ud.syafaatpromo melakukan aksi membuang-buang isi sabun produk pro Israel yang dijual di tokonya. “Fatwa MUI itu sudah saya tunggu-tunggu. Saya tidak merasa rugi, ini semua dari Allah. Saya bela saudara kita di Palestina,” katanya seperti diberitakan KILAT.COM.
JADI LARIS
Sementara itu, seruan boikot dari MUI itu memang berdampak positif bagi sejumlah produk lokal. Ada yang kebanjiran pesanan. Misalnya pizza buatan istri saya, Bunda Arita. Belakangan banyak ibu-ibu dan anak-anak datang ke Balikpapan Regency.
Ada yang belajar membuat pizza, ada juga yang langsung pesan barang jadinya. “Ampun… saya kewalahan. Tiap hari ada yang datang ke rumah atau pesan lewat WA,” kata Bunda Arita, yang sejak subuh sudah mempersiapkan adonan pizza-nya.
Beberapa ibu mengaku bersyukur bisa belajar membuat pizza dari Bunda Arita. Ada yang untuk konsumsi di rumah sendiri, tapi ada juga yang membuka usaha baru dengan jualan pizza. “Alhamdulillah anak-anak suka buatan saya sendiri dan tidak khawatir dengan adanya imbauan boikot produk dari luar,” kata Ibu Suparni bersemangat.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Ibu Hasto. Jualan pizza-nya jadi laris dan bisa bersaing. Dia senang saja ada gerakan pemboikotan produk pro Israel, karena membuka kesempatan kepada UMKM berkembang. “Ada berkahnya saya belajar membuat pizza dari Bunda Arita,” jelasnya.
Pekan terakhir ini ada beberapa grup yang belajar pizza Bunda Arita. Di antaranya ibu-ibu dari Balikpapan Regency, ibu-ibu dari gabungan majelis taklim dari Balikpapan Kota dan Tengah, Majelis Taklim Jami Ar Rahim, IWAPI, Taudsaqu Istiqomah dan Paud Kusuma.
Suasananya berlangsung meriah. Mereka dipandu Bunda Arita mulai menyiapkan bahan terutama tepung berikut bahan-bahan lain untuk topping-nya. Kemudian cara memasaknya dengan memasukkan adonan tepung ke dalam oven.
Lantaran sibuk melayani ibu dan anak yang belajar membuat pizza, kegiatan Bunda Arita melakukan sosialisasi pencalegannya ke pelosok-pelosok agak berkurang. Ada yang me-WA dia kapan datang ke lingkungannya. Bunda Arita menjadi caleg DPRD Kaltim No 3 dari Partai Nasdem Dapil Balikpapan. “Mohon sabar ya, Bu. Mohon doa dan dukungannya,” katanya menjawab.(*)