AKHIR kampanye yang puitis. Isran Noor-Hadi Mulyadi menutup hari kampanyenya Sabtu (23/11) tengah malam dalam pagelaran seni yang bertajuk “Monolog Isran Noor – Rintik Di bawah Angin, Petuah Sangkulirang.”
Judulnya menarik. Kalimat yang lazim kita dengar adalah “di bawah rintik hujan.” Tapi judul monolog Isran adalah Rintik Di bawah Angin, Petuah Sangkulirang. Bukan Sangkuriang. Sangkulirang adalah kota kecamatan di Kutai Timur (Kutim), tempat kelahiran Isran Noor, 67 tahun silam.
Isran anak ke-7 dari 9 saudara. Ayahnya Siul Bakrie dan ibu Hadijah. Ayahnya petani ladang berpindah-pindah. Kehidupannya sangat berat. Tapi mereka mendorong anak-anaknya belajar dengan rajin. Isran terbilang cerdas sehingga mendapat berbagai kesempatan sekolah. “Doa orang tua terutama ibu memang dahsyat. Cintailah ibumu, ayahmu dan semua orang yang telah berjuang dan merawatmu,” katanya.
Acara yang digagas Gema Muda dan disutradarai Rahmad Azazi Rhomantoro itu berlangsung di Gedung Anggar, Polder Air Hitam, Samarinda Ulu. Dimulakan pukul 20.00 diisi dengan berbagai pertunjukan. Mulai pembacaan puisi Bahasa Kutai oleh Radikia Darmawan, penampilan permainan musik sampe yang memukau dari Alif Fakod sampai pengakuan dari Irfan Gafur.
Isran sendiri baru tampil pukul 22.00 setelah menghadiri HUTwarga transmigrasi Lempake sambil menyaksikan kuda lumping. Tak lama bergabung Hadi Mulyadi dan istri. Datang juga mantan wali Kota Samarinda Syaharie Ja’ang dan istri serta mantan wagub Farid Wadjdy, yang sekarang adalah rektor Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Samarinda. Ada Ibu Irma, Ibu Sri Lestari Nursyirwan, dan Sri Asril. Audiens lainnya adalah ratusan anak muda dari berbagai elemen mulai siswa sekolah sampai mahasiswa.
Tadinya saya ingin menyaksikan sebentar. Maklum mau pulang ke Balikpapan setelah mengikuti kampanye akbar Isran-Hadi di halaman parkir Gelora Segiri Samarinda sore hari. Sebelumnya saya terbang dari Jakarta menyaksikan debat Pilgub Kaltim di Metro TV.
Saya pikir monolognya biasa-biasa saja. Isran sendiri sempat tak pede. “Aduh kalau tampil berakting saya agak bingung juga,” katanya ketika dibrifing oleh sutradara Rahmad Azazi.
Dalam seni peran, monolog adalah pementasan seni yang hanya melibatkan satu pemain saja. Pemain monolog berdiri sendiri di atas panggung dan bercerita tentang hal-hal tertentu tanpa melibatkan orang lain.
Isran memang tampil sendiri. Di atas panggung ada kursi meja dan mesin tik manual. Lalu backdrop ditampilkan video suasana ruangan kamar, yang diluarnya lagi terjadi hujan lebat.
Sutradara mendaulat Isran tampil dalam 5 babak. Mulai bercerita masa kecil dan pendidikannya, kisah tentang orangtuanya, ketika menikah dengan Norbaiti, perjuangan politik sampai babak terakhir yang berisi filosofi hidup dan petuah buat anak muda. Penampilannya diperkaya dengan musik dari Paman Doblang.
Di luar dugaan saya monolognya menarik dan impresif. Isran sendiri tak sadar hanyut dalam penghayatan yang dalam. Dia sempat menitikkan air mata ketika menceritakan perjalanan hidupnya. Saya dan penonton ikut terbawa. Akhirnya saya mengikuti monolog Isran sampai selesai. Tinggal beberapa menit lagi pukul 00.00.
PERNAH MENGAIS MAKANAN
Banyak hal menarik diceritakan Isran. Misalnya ketika dia kehabisan beras waktu sekolah. Dia sempat mengais makanan di tempat sampah. Dapat sayuran keladi. Beberapa hari dia makan keladi sambil menunggu kiriman orang tua.
Ketika dia sekolah di Samarinda, dia tinggal di Asrama Sangkulirang di Jl Banjar, dekat Jembatan Kehewanan. Itu di kampung saya. Rumah saya tak jauh dari asrama tempat Isran tinggal. Isran di SMA 1, saya di SMEA. Isran lanjut ke Fakultas Pertanian Unmul, sedang saya ke fakultas ekonomi. Kampus Pertanian di Sidomulyo tak jauh dari asrama.
Setelah meraih S1, Isran juga sukses menggapai gelar S2 di Universitas Dr Soetomo Surabaya. Dan selanjutnya menyandang gelar S3 di Universitas Padjadjaran (UNPAD) Bandung pada tahun 2015. Dia lulus dengan predikat cum laude dan menyandang gelar lulusan terbaik program doktoral UNPAD.
Lucunya, Isran mengaku pernah membeli undian harapan. Gara-gara dapat mimpi. Nomornya 973. Dia beli 10 lembar dan ternyata benar yang keluar 973. Uangnya dia belikan TV, pemasangan telepon dan lainnya.
Dia juga pernah mimpi diseruduk babi. Ternyata besoknya dia mendapat pengumuman terpilih dalam program pertukaran pelajar. Dia ditempatkan di Prancis. Karena itu selain bisa berbahasa Inggris, dia juga sempat belajar Bahasa Prancis.
Ketika dia menikah dengan Norbaiti tahun 1991, dia sudah bekerja sebagai penyuluh pertanian. Kehidupannya mulaimenanjak. Apalagi dia mendapat kesempatan mendampingi peneliti Jepang yang melakukan penelitian di Kaltim. Belakangan dia pindah ke Kutim sampai mendapat jabatan Asisten 2 Ekbang di Pemkab Kutim.
Adalah pengusaha Ronald Lolang yang memasukkan namanya ke Awang Faroek menjadi wakil bupati. Tadinya Awang ingin mempromosi Isran jadi sekda. Tapi ada persyaratan yang belum memungkinkan. Akhirnya Isran yang dipilih menjadi pendamping. Padahal sebelumnya ada 9 nama yang sudah masuk.
Ronald Lolang baru saja meninggal dunia. Dia sempat mendampingi Awang Faroek dan pendukung berat pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Maloy.
“Tadinya saya tidak pernah bercita-cita jadi politisi. Sampai sekarang pun saya merasa bukan seorang politisi. Saya memang sempat bercita-cita jadi sekretaris daerah,” kata Isran.
Isran sempat diberhentikan sebagai Asisten 2. Dia melakukan gugatan ke PTUN dan menang. Tapi dia tak ingin dikembalikan ke jabatan semula. “Ternyata itu membawa hikmah, Allah punya rencana lain yang jauh lebih baik untuk saya,” jelasnya.
Ketika dia bercerita tentang sang ibu, Hadi Mulyadi sempat membawakan puisinya berjudul “Ibu.” Hadi juga sempat menyampaikan pandangannya tentang Isran, yang dianggapnya luar biasa. Dia merasa terhormat karena Isran tetap memilih dia sebagai pasangan. Padahal dia tahu berbagai pihak termasuk partai ada yang menyodorkan nama lain. “Dia adalah orang tua, kakak, atasan dan keluarga bagi saya,” kata Hadi.
Karier Isran terus menanjak. Dari wakil bupati menjadi bupati Kutai Timur. Istrinya juga sempat menjadi anggota DPR RI. Hingga Isran sukses bersama Hadi menjadi gubernur dan wakil gubernur Kaltim masa bakti 2018-2023.
Penampilan monolog Isran ditutup dengan tampilnya “pasukan yel-yel” seperti di sepak bola. Dia anak muda Gema yang mendukung Isran-Hadi agar terpilih kembali menjadi gubernur dan wakil gubernur Kaltim periode 2025-2030.
“Semoga Allah SWT meridhoi perjuangan kita untuk mengantarkan Pak Isran-Hadi untuk meraih kemenangan dan keselamatan untuk Kaltim,” kata Sayid Ferhat, tokoh muda Gema dari Samarinda.
Monolog ditutup dengan petikan kalimat sangat menyentuh. Suara hati Isran.
“Di bawah langit Kalimantan Timur yang sering kali berlapis awan, aku selalu percaya ada cahaya yang menunggu untuk menembus gelap. Setiap deru angin yang melintasi Sungai Mahakam membawa cerita tentangperjuangan, tentang cinta yang tak pernah sirna untuk tanah ini. Dari masa kecilku di Sangkulirang hingga langkah pertama di panggung politik, aku tahu: Tanah ini tak sekadar tempat berpijak, tapi jantung yang berdetak di setiap mimpi yang kugoreskan. “Hari ini, di depan mesin waktu ini, akumenuliskan harapan, harapan bagi mereka yang bermimpi, bagi mereka yang mengais makna di antara rimbunnya hutan dan derasnya arus sungai. Aku ingin cinta ini abadi, tertanam di dalam hati setiap insan, menjadi akar yang menyokong pohon besar bernama Kalimantan Timur. Tidak ada yang lebih indah dari tanah yang dicintai, dan tidak ada yang lebih berat daripada mencintai tanah yang harus terus diperjuangkan.”(*)