Setahun Purnatugas

Setahun Purnatugas

Bersama istri dan 4 cucu, foto terakhir di ruang kerja wali kota.

TANGGAL 31 Mei 2022, persis satu tahun masa purnatugas saya sebagai wali kota. Saya meninggalkan dunia pemerintahan setelah 15 tahun mengabdi. Lima tahun (2006-2011) sebagai wakil wali kota dan 10 tahun (2011-2021) sebagai wali kota.

Alhamdulillah alaa kulli haal, kondisi saya relatif baik. Meski saya tambah gemuk. Mungkin kurang olahraga dan tidak banyak aktivitas. Belakangan ini aktivitas olahraga saya memang cenderung agak berkurang, biasanya main golf atau main tenis meja di Balikpapan Super Block (BSB) diajak Pak Ady Sumasto Tjiao, pemilik BSB. Tenis sangat jarang karena dengkul yang mulai goyah. Tapi ini diajak-ajak lagi bermain.

Hasil pemeriksaan darah terakhir dari RSUD Beriman, 25 Mei lalu, asam urat saya 6,90 (sedikit di bawah ambang batas 7), glukosa darah 108, kolesterol total 197 dan trigliserida 122. Urine normal dan negatif, kecuali eritrosit dan eosimnof agak tinggi.

Sambil minum suplemen Becom-Zet, multivitamin dan Mineral Zinc, saya diberi obat Ursodeoxycholic Acid dan Thyrozol 5 mg untuk diminum 3 kali sehari. Itu karena saya ada indikasi tiroid.

Sebenarnya ada juga beberapa gangguan kesehatan lain. Di antaranya mata sebelah kiri saya sering berair. Saya sudah beberapa kali ke dokter mata, tapi belum kunjung sembuh. “Harus lihat yang segar-segar,” kata Sabri Ramdani, pengusaha, yang juga sahabat saya.

Saya sempat kena Covid, justru setelah tak lagi menjabat. Padahal di saat Covid mewabah, saya masih aktif bertugas. Banyak yang mengkhawatirkan saya waktu itu. Tapi saya dan Kepala Dinas Kesehatan Kota (DKK) Balikpapan dr Dio cukup kuat bertahan.

Sejak purnatugas saya jarang bertemu orang pemerintahan termasuk kepala daerah. Tapi sesekali saya ketemu Gubernur Isran Noor dan Wagub Hadi Mulyadi dalam acara nonformal seperti perkawinan. Juga kebetulan Pak Isran ketua Nasdem Kaltim di mana saya juga jadi ketua Dewan Pertimbangan Nasdem Balikpapan.

Kemarin, dalam acara peresmian Hotel Platinum Surabaya, saya kembali bertemu Ketua DPRD Kota Balikpapan Abdulloh, S.Sos. Juga ada Pangdam VI/Mulawarman Mayjen TNI Teguh Pudjo Rumekso dan Wagub Hadi Mulyadi.

Saya juga membatasi diri berkomunikasi dengan orang pemerintahan. Takut mengganggu pekerjaan mereka. Tapi ada juga yang tampaknya agak sungkan bahkan waswas jika mengontak saya. Lebaran kemarin ada sejumlah kepala dinas yang bersilaturahmi ke rumah saya. Meski ada juga yang sudah lupa. Bahkan mengirim pesan via WA saja tidak. Mungkin juga takut. Entahlah.

Tapi saya sering berkomunikasi dengan para pensiunan. Misalnya dengan Bu Tantin (mantan kepala Dinas PU), dr Balerina (mantan kepala DKK), Bu Nining (mantan ketua Bappeda), Ir Chaidar Chairulsyah (mantan kepala Dinas Pertanian), Pak Tatang (mantan kepala Dinas Pertanahan) dan Pak Suryanto (mantan ketua Bappeda). Juga dengan Pak Sarjono, mantan ketua Bappeda yang belakangan menjadi ketua Baznas Kota Balikpapan.

Sesekali kami mendiskusikan masalah pemerintahan dan pembangunan. Tapi lebih banyak soal kehidupan dan berbagai hal mengisi hari-hari ke depan biar tetap produktif. Saya baru saja ketemu Pak Suseno di Surabaya. Mantan kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Balikpapan ini pensiun dini karena pulang ke kampung halamannya di Banyuwangi. “Saya merawat Ibu,” katanya tetap segar.

Lewat grup WA, saya masih sering berkomunikasi dengan beberapa mantan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkompida) Balikpapan. Misalnya dengan Kol (Purn) Heri Setya Kusdiantana, mantan Dandim yang sekarang di LNG Bontang. Kombes Pol Jeffri Dian Juniarta, SH, SIK mantan kapolresta yang sekarang di Siber Bareskrim Polri. Juga dengan mantan Danlanal Kol Luhut, serta Danlanud Kol Adjat Yani.

Di DPRD, selain Ketua Abdulloh, sesekali saya juga ketemu dengan wakil ketua DPRD dari PDI Perjuangan, Budiono, yang sedang diajukan jadi calon wakil wali kota. Juga Sabaruddin Panrecalle dari Gerindra. Yang agak sering dengan tiga wakil Nasdem, Aco Kamaruddin, Parlindungan dan Puryadi. Dengan Pak Pur, saya diajak meresmikan Taman Wisata Hutan di Karang Joang.

Karena sudah pengangguran, saya sering ngopi atau nyoto (makan soto) bersama beberapa tokoh. Sesekali dengan anggota DPRD Kaltim Adam Sinte, mantan ketua DPRD Andi Burhanuddin Solong dan Ketua Dewan Pakar Nasdem, Hafni Kanape serta Ketua LPM Teritip Andi Mappafuli. Sesekali bergabung ketua Nasdem Balikpapan Ahmad Basir dan sahabat saya Zaenal Abidin.

Dulu waktu masih wartawan, hampir tiap pagi saya mangkal di Depot Miki, Pasar Baru. Di situ markasnya wartawan “Jenderal” Sjarifuddin Hs. Waktu wali kota,

saya tidak banyak waktu. Cuma makan di warung soto banjar di samping gedung DPRD.

Sekarang saya bisa ke mana-mana. Bisa sarapan di soto Manyar Balikpapan Baru, Warung Istimewa Jogya, warung Banjar dekat Namirah, Straat Mantau, Bargas, Warung Atek, de Café, Depot Bakso Asli 2, makanan Arab Laziz, Kairos dan Sajie sampai Steak R&B Batakan. Dan masih banyak lagi.

Kesukaan saya teh tarik agak berkurang karena sulit dapat yang pas dihirup. Dulu saya suka teh tarik yang dibuat Pak Sekda Sayid Fadli. Kalau rindu sop ceker, saya singgah di warung Pak Memed, mantan kepala Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD).

Yang membuat saya sangat bahagia, waktu bermain dengan cucu-cucu bisa lebih banyak. Dulu dengan anak-anak sangat kurang waktunya. Terkadang mereka saya ajak berkebun dan memancing. Rasanya pisang mahuli saya yang terbaik di Balikpapan. Sering saya bagi-bagikan ke teman-teman.

Dafin yang bercita-cita jadi wali kota.

TETAP UNDANGAN

Kegiatan saya yang tidak berubah menghadiri undangan resepsi perkawinan. Itu saya lakukan sejak dulu. Saya sangat menghargai undangan hajatan keluarga seperti itu. Bahkan tidak jarang saya didaulat menjadi saksi. Minggu lalu ada dua undangan pernikahan di mana saya diminta bertindak sebagai saksi. Satu di Balikpapan dan satunya lagi di Samboja.

Saya juga disibukkan kegiatan partai. Apalagi Nasdem sedang mempersiapkan usulan calon presiden dan cawapres, yang dikumpulkan dari berbagai daerah termasuk Balikpapan. Saya lihat ada juga yang mengusulkan Gubernur Isran Noor calon dari Kaltim. “Sekalian IKN dan presidennya dari Kaltim,” kata seorang pengusung.

Nasdem sendiri meminta saya menjadi calon anggota DPR RI dapil Kaltim. Kemarin, saya sudah diundang sampai ke Muara Jawa. Malah ada yang usul kalau bisa ke gubernur atau wakilnya di provinsi. “Pokoknya kami siap mendukung, di manapun Pak Rizal diusulkan,” kata seorang ketua RT bersemangat.

Di luar urusan politik, saya juga lagi memberikan perhatian terhadap pengelolaan Masjid Agung At Taqwa. Sebagai ketua umum, saya harus melakukan penataan di bidang administrasi termasuk keuangan, yang lebih rapi dan bertanggung jawab. Baik juga sekalian membenahi ibadah saya.

Teman-teman wartawan senang saya aktif lagi menulis. Ketua PWI Kaltim Endro S Efendi lagi memperjuangkan kembali kartu pers saya. Ini memang pekerjaan saya sebelum menjadi wali kota. “Bagus, sekalian jadi editor saya kalau saya menulis tentang IKN dan Kaltim,” kata Pak Dahlan Iskan ketika saya temani ke IKN dan PPU bersama wartawan senior Zaenal Muttaqin (ZAM).

Ada yang khawatir saya mengalami gejala post power syndrome, setelah tidak lagi di kursi kekuasaan. Tapi saya merasa tidak mengalami hal semacam itu. Saya sudah terbiasa menyetir mobil sendiri. Waktu masih aktif saya tidak terlalu suka pakai pengawalan berlebihan. Tempat kerja juga tidak perlu mewah. Kalau ada warga atau siapa saja yang ingin bertemu, saya welcome saja. Tidak perlu super birokrasi. Saya sadar betul saya bukan raja tapi pelayan masyarakat. Apalagi jabatan itu tidak selamanya.

Sesekali saya melintas di depan kantor Pemkot atau rumah dinas. Saya menganggap itu sebagai kenangan yang terindah. Tapi yang lucu cucu saya, Dafin. Kalau ditanya cita-citanya, selalu bilang mau jadi wali kota. Alasannya karena dia rindu tinggal di rumah dinas. Maklum dia lahir di sana. Bahkan tembuni atau plasentanya ditanam di sana.(*)