Di ruang salat utama Masjid Zayed Solo.
SELESAI mendampingi Gubernur Isran Noor di Yogyakarta, saya lalu sempatkan ke Solo, Minggu (5/3) kemarin. Tujuannya cuma satu. Ikut subuhan di Masjid Raya Sheikh Zayed Al-Nahyan, hadiah Presiden Uni Emirat Arab (UEA) Mohamed bin Zayed Al-Nahyan kepada Presiden Jokowi. Sebagai ketua Masjid Agung At Taqwa Balikpapan sangat perlu saya datang ke sana.
Saya berangkat dari Yogya pukul 03.00 dini hari. Saya ajak cucu saya, Dafa yang kuliah di Universitas Islam Indonesia (UII). Alhamdulillah, satu jam kemudian sudah sampai di kota Solo. Jadwal salat subuh di kota ini pukul 04.24. Jadi saya tidak terlambat. Apalagi masjid megah yang baru dibuka sejak 1 Maret itu, berada di tengah kota. Di Jl A Yani 128, Gilingan, Kecamatan Banjarsari, Surakarta.
Masya Allah, jamaah yang datang berjubel. Seperti suasana subuhan di Tanah Suci. Jamaah yang masuk juga melalui pemeriksaan petugas keamanan yang menggunakan body detector. Baik jamaah pria maupun wanita. Tempat berwudhu ada yang di halaman samping masjid, ada juga di lantai bawah. Sangat mewah dan modern.
Saya dapat tempat di shaf kelima. Karpetnya sangat lembut. Dan pertama kali saya melihat karpet masjid bernuansa budaya lokal. Karpetnya bermotif batik. Solo memang dikenal salah satu daerah yang menjadi pusat perbatikan nasional.
Tak lama suara azan menggema. Sangat mirip lantunan azan di Masjidilharam. Sangat khas, membuat saya ingin melaksanakan umrah lagi. Maklum imam dan muazinnya masih dari Arab. Salatnya tetap ada qunut. Hanya zikirnya tak bersuara.
Di samping saya seorang bapak berasal dari Sumatera. Dia juga mengaku datang dari Yogyakarta. Sejak dari kampung dia niatin salat ke masjid ini. “Alhamdulillah saya bisa ikut salat di masjid ini. Luar biasa megahnya,” kata Ibrahim, nama sang bapak tersebut.
Masjid Sheikh Zayed Al-Nahyan Solo diresmikan Presiden Jokowi bersama Presiden UEA Mohamed bin Zayed Al-Nahyan (MBZ), Senin 14 November 2022 lalu. Masjid bernilai Rp300 miliar itu, memang hadiah dari Presiden UEA kepada Jokowi. Arsitektur masjid itu sengaja dibangun sama dengan Sheikh Zayed Grand Masque di Abu Dhabi, ibu kota UEA.
Meski peresmiannya tiga bulan yang lalu, masjid itu baru dibuka untuk umum sejak 1 Maret lalu. Dua hari kemudian berlangsung salat Jumat pertama. Masjid berkapasitas 10 ribu jamaah itu tak mampu menampung. Petugas keamanan sampai kewalahan. Walaupun awalnya jamaah disuruh antre.
Yang lucu, mengutip pemberitaan Merdeka.com, Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka sempat kehilangan sandal. Ketika ditanya wartawan jenis sandalnya, Gibran bilang sandal maternal. “Oh hilang ya, sandal maternal. Ngga papa, ngga mungkin hilang,” katanya tersenyum.
Gibran mengakui beberapa fasilitas masjid termasuk parkir dan penataan PKL masih harus disempurnakan. “Ya nanti untuk tempat sandal, parkir dan lainnya nanti kita perbaiki. Yang penting sudah bisa salat lima waktu sambil persiapan menyongsong Ramadan,” katanya.
Selama Ramadan nanti, pengurus masjid akan menyediakan sedikitnya 4.000 takjil per hari untuk jamaah yang berbuka puasa. Takjil itu juga dibiayai langsung oleh Pemerintah UEA. “Jamaah tidak diperkenankan memberikan tips kepada petugas. Pengunjung nonmuslim juga boleh datang,” kata Gibran.
Menurut Direktur Operasional Masjid Zayed, Munajat, pihaknya juga tidak menerima segala bentuk infak, sedekah atau sumbangan lainnya. Karena semuanya sudah dibiayai oleh Presiden Zayed. Biar masyarakat fokus beribadah. Ada juga dukungan dari APBN. “Jadi kalau ada kotak infak di masjid ini, silakan dibawa pulang,” katanya setengah bercanda.
Imam dan khatib salat Jumat pertama dipimpin Sheikh Mohammad Moaad dan muazin Ahmad Alkamali. Khotbah disampaikan semuanya dalam bahasa Arab. Sedangkan terjemahannya baru dilakukan seusai salat Jumat oleh dosen UIN Raden Mas Said Solo, Abdul Halim.
Wali Kota Solo menunjuk KH Abdul Rozaq, pengasuh Pondok Pesantren Al-Muayyad Solo sebagai imam besar Masjid Zayed dan KH Abdul Karim sebagai wakil. Gus Karim dikenal sebagai salah satu guru ngaji Jokowi saat belajar tafsir Alquran dan fiqih.
POHON KETAPANG
Seusai salat subuh, jamaah tidak langsung pulang. Mereka berebut berfoto di berbagai sudut masjid yang penuh keindahan dan kemegahan itu. Di pelataran tengah ada sejumlah pohon ketapang, sedang di halaman masjid ditanami pohon kurma. Pohon Ketapang yang berdaun lebar itu memang cocok untuk pohon pelindung karena bisa berfungsi seperti payung peneduh.
Masjid Raya Sheikh Zayed Solo berdiri di atas tanah seluas 3,6 hektare, sedang luas bangunannya 8.000 meter persegi. Bangunan masjid ini terdiri ruang salat utama yang dapat menampung 4.000 jamaah. Kalau penuh naik ke lantai atas dan pelataran. Ada ruang VIP, perpustakaan, dan basement untuk tempat wudhu laki-laki dan wanita.
Bangunan utama Masjid Sheikh Zayed Solo dikawal 4 menara. Lalu ada kubah utama dan sejumlah kubah kecil dengan ornamen bangunan khas Timur Tengah. Dinding bangunan tak dihiasi kaligrafi Arab. Serba polos dan semua berwarna putih dan emas. Semua petunjuk ditulis dalam tiga bahasa. Ada bahasa Indonesia, bahasa Arab dan bahasa Jawa. Rencananya Masjid Zayed juga dikembangkan menjadi kompleks Islamic Center Solo.
Keluar dari halaman masjid, saya langsung sarapan pagi nasi liwet. Sudah lama saya idamkan. Asyik juga makan nasi liwet di emperan toko. Siangnya sebelum balik ke Yogya, saya sempat juga makan siang dengan soto bening. Ini juga kesukaan saya. Rasanya hati ini menjadi bening kembali. Terima kasih ya Allah, atas semua kenikmatan ini.(*)