PEKAN ini ada dua tokoh Kaltim jadi trending topic. Yang satu bernama Yunus Nusi dan yang satu adalah Alimuddin. Keduanya menarik perhatian, malah Yunus Nusi menjadi pembicaraan tingkat nasional terutama di arena olahraga khususnya cabang sepakbola. Tapi Alimuddin juga tak kalah menariknya, pejabat dari Penajam Paser Utara (PPU), yang menerima SK promosi dari Presiden Jokowi.
Yunus Nusi adalah sekretaris jenderal Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) era kepemimpinan Iwan Bule. Sejatinya nama sang ketua itu adalah Mochamad Iriawan, purnawirawan perwira tinggi Polri dengan pangkat terakhir bintang tiga atau komisaris jenderal (Komjen). Tapi di persepakbolaan, dia akrab dipanggil Iwan Bule.
Sebelum menjadi sekjen PSSI, Yunus berkiprah di Kaltim. Saya kenal baik dengan dia. Awalnya dia direktur Bisnis Persisam Samarinda era kepemimpinan Harbiansyah. Lalu menjadi ketua Asosiasi Provinsi (Asprov) PSSI Kaltim. Putra kelahiran Gorontalo berusia 53 tahun ini juga sempat menduduki jabatan sekretaris umum Taekwondo dan pengurus KONI Kaltim.
Namanya makin berkibar, ketika dia terpilih sebagai anggota Exco PSSI di tahun 2016. Lalu menduduki posisi Plt Sekjen PSSI ketika Ratu Tisha mengundurkan diri pada 13 April 2020. Hingga mengantarkan Yunus menjadi sekjen definitif begitu Iwan Bule terpilih sebagai ketua.
Awalnya Iwan Bule dan Yunus terlihat sangat kompak. Sampai munculnya tragedi berdarah Kanjuruhan, yang membuat keduanya disorot habis-habisan. Lalu muncul isu Yunus menelikung Iwan dan berakhir dengan dilaksanakannya Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI, yang berlangsung di Jakarta, Kamis (16/2) lalu.
Dalam KLB yang dramatis itu, Yunus menjadi salah satu bintangnya. Saya sendiri rasanya tak bisa mencerna. Bayangkan lakon yang dimainkan Yunus sangat luar biasa. Ada yang bilang seperti tokoh protagonis, bisa baik, bisa juga sebaliknya.
Saya pikir Yunus akan mundur seperti juga Iwan Bule. Tapi nyatanya menjelang KLB, Yunus mendaftarkan diri sebagai Exco dan wakil ketua umum PSSI. Uniknya dalam statuta PSSI, pemilihan ketua umum dan wakil ketua umum tidak satu paket. Ketua umum dipilih sendiri, wakil ketua umum dipilih sendiri juga. Kursi yang diperebutkan di wakil ketua umum itu ada dua.
Nah, di sini drama masuk ke puncaknya. Meski lewat pemungutan suara, Menteri BUMN Erick Thohir seperti sudah diduga cukup lancar terpilih sebagai ketua umum mengalahkan kandidat lain termasuk Ketua DPD RI La Nyalla Mattalitti. Tapi Yunus yang bertarung di kursi wakil ketua umum punya cerita lain, yang benar-benar penuh ketegangan.
Lawannya tidak tanggung-tanggung. Ada 16 kandidat. Selain Ratu Tisha yang come back lagi, juga Menteri Olahraga (Menpora) Zainudin Amali. Sampai sekarang saya tak habis pikir, kok Menpora yang pengatur kebijakan dan membawahkan semua cabang olahraga di Tanah Air juga mau merebut jabatan wakil ketua umum PSSI? Mau menjadi bawahan rekannya di satu kabinet. Saya tak menemukan jawaban, bagaimana posisi Menpora kalau suatu saat PSSI ada masalah? Jeruk makan jeruk.
Dalam proses pemilihan yang berlangsung penuh intrik, Ratu Thisa yang meraih 41 suara tumbang. Kalah dengan Menpora yang meraup 66 suara dan Yunus Yusi 63 suara.
Tapi berbagai protes muncul, karena pemilihan dianggap curang. Ada sejumlah suara hilang dan itu diketahui oleh para voters. Akhirnya atas persetujuan peserta KLB dan FIFA, pemilihan diulang. Anehnya dalam pemilihan kedua, justru Zainudin Amali yang keok. Dia hanya mendapat 44 suara, kalah dengan Ratu Tisha yang mendapat 54 suara dan Yunus Nusi dengan 53 suara.
Di saat Zainudin Amali menyatakan berlapang dada menerima hasil pemilihan terakhir, tidak diduga Yunus Nusi memutuskan mundur dari kursi wakil ketua umum, yang baru saja dimenanginya. Otomatis Menpora yang kembali naik.
Semua orang kaget. Ada apa di balik semua ini? Ada yang bilang Yunus ditekan untuk menyelamatkan muka Menpora. Tapi sejauh ini tak ada yang tahu persis alasan apa yang membuat Yunus tiba-tiba berubah arah, mundur ke belakang. “Semoga dengan melepas dan mundur, kongres menjadi lebih baik,” katanya singkat di arena Kongres yang panas saat itu.
Dalam acara jumpa pers, sambil memuji kepemimpinan Iwan Bule, Yunus mengatakan dirinya tak pantas menyandang jabatan terhormat di PSSI itu. “Saya tidak pantas di sana karena itu saya mundur, yang lebih pantas Pak Menpora,” katanya dengan wajah tenang.
Erick Thohir yang terpilih sebagai ketua umum berjanji membersihkan PSSI dan siap memajukan sepak bola Indonesia. Erick dinilai tokoh yang tepat karena berpengalaman dan pernah menjadi presiden Inter Milan pada 2013 dan berhasil membawa tim itu bangkit dari keterpurukan akibat kondisi keuangan hingga menjadi salah satu klub terbaik di Italia.
La Nyalla menerima kekalahannya sambil memberi pesan khusus kepada Erick agar membersihkan PSSI dari mafia-mafia bola. “Harapan saya jangan libatkan pengurus-pengurus lama, yang kita tahu mereka sebagai mafia-mafia bola,” tandasnya.
Mantan ketua PSSI Nurdin Halid juga memberi peringatan kepada Erick. Dia mengingatkan bahwa tidak gampang menjadi ketua umum PSSI, bahkan lebih berat dari mengurus negara. “Karena itu saya ucapkan dua selamat kepada Erick. Selamat atas terpilihnya dan selamat memasuki gua yang di dalamnya tidak jelas. Ada anjing gila. Ada singa, ada macan,” kata tokoh Golkar ini lantang.
Dalam pemilihan Komite Eksekutif atau Exco PSSI, masih ada lagi dua pejabat pemerintah yang ikut bertarung. Yaitu John Wempi Wetipo, wakil Menteri Dalam Negeri dan Arya Sinulingga, yang kini menjadi Staf Khusus Menteri BUMN. Arya akhirnya terpilih bersama 14 nama lainnya yaitu Eko Setiawan, Endri Erawan, Juni Rahman, Muhammad, Rudi Yulianto, Sumardji, Vivin Cahyani, Pieter Tanuri, Khairul Anwar, Ahmad Riyadh, dan Hanuryadi.
Siapa yang akan menjadi Sekjen? Sampai saat ini Yunus Nusi masih tetap sebagai sekjen, karena Erick belum meminta pergantian. “Saya saja masih memanggil dia sekjen kok. Sekjen tetap. Enggak (diganti). Dia masih sekjen,” kata Menpora Zainudin Amali menunjuk Yunus.
ORANG KEDUA
Lain Yunus, lain lagi cerita Alimuddin. Lengkapnya Drs H Alimuddin, M.Si. Dia adalah kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten PPU yang menerima SK Presiden Jokowi menjadi orang Kaltim kedua duduk di Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN) sebagai deputi Bidang Sosial, Budaya, dan Pemberdayaan Masyarakat.
Seperti kita ketahui, Presiden Jokowi memberi jatah dua kursi di deputi IKN untuk Kaltim. Satu sudah diisi Dr Myrna Asnawati Safitri, putri tokoh pers dan politik Fuad Arieph dari Samarinda, yang ditetapkan langsung sebagai deputi Bidang Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam. Dan satunya lagi melalui proses pemilihan di mana Alimuddin yang akhirnya terpilih.
Hasil seleksi terakhir waktu itu, ada tiga nama yang dimajukan. Selain Alimuddin, juga Isradi Zainal (rektor Uniba) dan Sugeng Chaeruddin, mantan sekda Pemkot Samarinda. Kabarnya Isradi meraih nilai tertinggi, tapi akhirnya Presiden memilih Alimuddin.
Pengangkatan Alimuddin dan pejabat lainnya tertuang dalam SK Presiden No 21/TPA Tahun 2023 tentang Pengangkatan Dalam Jabatan Pimpinan Tinggi Madya di Lingkungan Otorita Ibu Kota Nusantara tertanggal 13 Februari 2023.
Sebuah sumber mengatakan, ada dua hal yang mendongkrak nama Alimuddin. Pertama, dia mewakili masyarakat PPU di mana lokasi IKN ditetapkan dan kedua dia juga mendapatkan dukungan dari kelompok Suku Dayak.
Ayah 3 anak hasil perkawinan dengan Gaby Arghanita, ST ini adalah putra kelahiran Soppeng, Sulsel, 55 tahun silam. Dia pernah menjadi kadis Kebudayaan dan Pariwisata serta Plt Kadis Pemberdayaan Masyarakat dan Desa PPU. Prestasi yang diraihnya di antaranya peringkat satu program sekolah penggerak se-Kaltim dan kepala Dinas Terinspiratif.
Alimuddin banyak pengalaman. Dia juga pernah mengikuti pelatihan smart city di Korea Selatan dan pembangunan bidang transportasi di negeri Rusia. Ketika saya hubungi sambil mengucapkan selamat, dia mengaku mendapat amanah terhormat mewakili daerah. “Siap Pak Wali yang paling humble yang pernah ada di Kaltim. Mohon izin saran dan masukannya. Saya tetap menyebut wali kota. Tidak ada kata mantan,” begitu jawabnya.
Kerukunan Bubuhan Banjar (KBBKT) PPU juga menyambut hangat terpilihnya Alimuddin. “Kami bangga Pak Alimuddin dilantik jadi deputi IKN,” kata ketuanya, Syarifuddin HR. “Beliau memang salah satu putra daerah terbaik,” kata Ketua Forum Pemberdayaan Masyarakat (Perdamai) IKN PPU, Eko Supriadi.
Pelantikan Alimuddin dan pejabat Otorita IKN lainnya berlangsung di Sekretariat Negara Jakarta, Kamis (16/2) lalu. Entah kebetulan, itu hari yang sama dengan berlangsungnya KLB PSSI.
Tapi pelantikan pejabat Otorita IKN berlangsung lancar dan tenang. Beda dengan KLB, yang sempat panas diwarnai kericuhan. Kepala Otorita IKN Bambang Susantono yang melantik atas nama Presiden. Maklum Otorita IKN adalah lembaga setingkat kementerian.
Selain Alimuddin, juga dilantik Agung Wicaksono sebagai deputi Bidang Pendanaan dan Investasi , Mia Amalia sebagai deputi Bidang Perencanaan dan Pertanahan serta Silvia Halim sebagai deputi Bidang Sarana dan Prasarana.
“Selamat, tentunya Presiden memilih yang terbaik dari sekian banyak kandidat karena beliau tahu bahwa tugas yang diemban bukan tugas yang kaleng-kaleng. Ini tugas yang sangat berat tetapi tugas yang sangat history in the making,” kata Bambang.
Dia juga mengingatkan semua pejabat Otorita, bahwa pada hari pelantikan tersebut adalah 548 hari menuju 17 Agustus 2024. “Menjadi tugas kita untuk mewujudkan keinginan Presiden untuk melaksanakan Upacara Hari Kemerdekan ke-78 di lokasi IKN,” tambahnya.
Sudah tiga orang daerah yang duduk di Otorita IKN. Selain Myrna dan Alimuddin, juga Muhammad Hasannurrizqi dari Tanah Grogot, Kabupaten Paser yang menjadi Polisi Pamong Praja, Pelaksana Lanjutan di Otorita IKN. Tinggal wakil dari Balikpapan dan Kutai Kartanegara (Kukar) yang belum terlihat. Selain daerah lainnya seperti Kubar, Kutim, Mahakam Ulu, Bontang, dan Berau.
Meski jabatan deputi sudah terisi semuanya, saya berharap di jabatan direktur masih ada wakil Kaltim yang masuk setidaknya dari Balikpapan dan Kukar, mewakili daerah penyangga utama IKN. Tugas Myrna dan Alimuddin, yang juga harus ikut mendorong.(*)