Surya Paloh, JK dan Mahathir

Ketua Umum Nasdem Surya Paloh bersama peserta Rakernas dari Kaltim.

SELAIN urusan memilih calon presiden, saya mencatat ada tiga tokoh yang sangat impresif ketika berlangsung Rakernas Partai Nasdem di Jakarta Convention Center (JCC), 15 – 17 Juni 2022. Ketiga tokoh itu adalah Ketua Umum DPP Partai Nasdem Surya Paloh, mantan wakil presiden Jusuf Kalla (JK) dan mantan perdana menteri Malaysia Tun Dr Mahathir bin Mohamad.

Surya Paloh dua kali tampil berpidato dalam pembukaan dan penutupan Rakernas. JK menjadi pembicara kunci (keynote speaker) pada Seminar Kebangsaan Nasdem dan Mahathir tampil pada kuliah umum bagi 12 ribu kader Nasdem se-Indonesia yang menghadiri  Rakernas.

Ketiga tokoh bangsa ini memang luar biasa, baik dari segi fisik maupun pemikiran dan gagasan. Surya Paloh sudah berusia 70 tahun, JK lebih tua 10 tahun. Dia sekarang berusia 80 tahun, sedang Mahathir lebih senior lagi. Usianya saat ini mencapai 96 tahun.

Dari segi penampilan, ketiganya masih sama-sama berenergi. Siapa yang tak kenal gaya pidato Surya Paloh. Bertenaga, berapi-api, dan penuh ucapan yang menginspirasi. JK juga tetap kencang jalannya. Ucapannya gaya orang Sulsel sangat khas dan menarik. Mahathir juga membuktikan fisiknya masih segar. Saat memberikan kuliah ia tetap berdiri meski disiapkan kursi.

JK dan Mahathir adalah sahabat Surya Paloh. Dan Paloh pernah bercerita dia orang satu-satunya yang berani memarahi JK. Sebaliknya JK juga mengaku pernah memarahi Paloh. Keduanya sudah lama berteman sejak di Partai Golkar. Yang lucu cerita JK, kalau mereka menghadiri suatu acara dia dan Paloh sama-sama menjadi juri menilai penari yang tampil.

Mahathir juga mau datang ke Rakernas Nasdem karena dia sudah lama bersahabat dengan ketua umum Nasdem. Makanya begitu mendarat, dia langsung ke Nasdem Tower. “Lebih 40 tahun kami bersama dan berkenalan.  Hanya dalam waktu kurang 2×24 jam setelah menerima undangan, beliau menyatakan bersedia datang,” kata Surya Paloh bangga.

Syukur saya bisa mengikuti full ucapan demi ucapan  ketiga tokoh tersebut. Sebagai bakal caleg DPR RI dari Nasdem, saya ikut diundang Rakernas. Hadir juga Gubernur  Dr Isran Noor selaku ketua Nasdem Kaltim, mantan gubernur Dr Awang Faroek Ishak dan mantan wali kota Bontang dr Sofyan Hasdam,  Ir Ahmad Basir, ketua Nasdem Balikpapan dan pengurus daerah lainnya.

Semua mengakui ketiganya menjadi teladan dan guru bangsa dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Tidak saja bagi internal Nasdem, tapi juga buat anak bangsa  lainnya. Mahathir meski tokoh politik dari Malaysia,  tetapi banyak pemikirannya yang mendunia, setidaknya berguna untuk bangsa-bangsa di ASEAN termasuk  Indonesia.

Paloh dan JK  meski tak berkeinginan  menjadi calon presiden 2024, akan tetapi tangan, ucapan, dan kekuatan yang dimilikinya masih tetap ikut berpengaruh dalam proses politik bangsa. Banyak yang menilai Surya Paloh dan JK menjadi  King Maker bagi calon yang ingin meraih kemenangan pada Pilpres 2024.

Di depan kadernya, Surya Paloh banyak memompakan semangat merebut kemenangan Pemilu 2024. Ia mengakui Rakernas yang dipimpin Prananda Surya Paloh (ketua SC) dan Ahmad Syahroni (ketua OC) adalah terheboh dibanding Parpol lain. “Kita beri applaus keduanya,” ajak Paloh bersemangat.

Prananda adalah anak semata wayang Surya Paloh, yang sekarang menjadi ketua umum Garda Pemuda Nasdem. Saya bilang bosnya Galang, ketua Garda Balikpapan. Sedang Ahmad Syahroni, bendahara DPP yang kemarin jadi ketua Penyelenggara Formula E. Keduanya anggota DPR RI 2019-2024.

Kabarnya Prananda tengah dipersiapkan menggantikan ayahnya pada saatnya nanti. Sedang Ahmad Syahroni disebut-sebut bakal didorong menjadi calon gubernur DKI menggantikan Anies Baswedan, yang sudah ditetapkan sebagai salah satu kandidat bakal calon presiden dari Partai Nasdem.

Pidato Surya Paloh bertema “Restorasi: Meneguhkan Politik Kebangsaan” dipuji Founder Al Hasanah Foundation Najib Salim. “Itu orasi politik kebangsaan yang sangat luar biasa. Sangat layak jadi pijakan bagi politisi di negeri ini,” katanya kepada TIMES Indonesia.

Paloh menekankan Pemilu adalah amanat konstitusi bukan ajang adu domba. Apalagi ajang memecah belah. Nasdem sudah membuktikan apa yang diperjuangkannya untuk kepentingan Indonesia. “Di sini sosok teladan Surya Paloh yang betul-betul berjuang bukan untuk kepentingan dirinya atau partai, akan tetapi murni untuk kepentingan bangsa dan negara,” kata Najib.

Isran Noor bersama pengurus Nasdem se-Kaltim.

TETAP WAPRES

Seminar Kebangsaan Nasdem, rangkaian kegiatan Rakernas, menjadi perhatian menarik dengan kehadiran JK. Peter Gontha selaku moderator berkali-kali mengajak audiens memberikan apresiasi kepada JK. “Beliau tetap kita panggil sebagai wakil presiden,” kata Gontha, pengusaha yang sempat menjadi dubes Indonesia untuk Polandia.

JK adalah pengusaha besar asal Sulsel, pemilik Kalla Group yang pernah menjadi ketua U

umum Partai Golongan Karya. Dia dua kali terpilih sebagai wakil presiden. Jabatan wapres pertama dia raih ketika mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada masa bakti 2004-2009. Sedang jabatan wapres kedua didudukinya ketika mendampingi Presiden Jokowi masa bakti 2014-2019.

Peserta seminar terkesima ketika JK menepis anggapan bahwa tahun 2022 adalah tahun panas menjelang Pemilu 2024. “Menurut saya tidak. Justru tahun ini adalah tahun romantis seperti muda mudi yang lagi mencari pasangan,” katanya mendapat applaus undangan.

Memang katanya, tidak mudah untuk menjadi tahun romantis. Karena banyak hal yang menjadi faktor penentu, ya pasangan, partai, dan juga faktor elektabilitas. Ketiga faktor itu menjadi satu.

JK menggambarkan, Pilpres masih menyisakan waktu kurang lebih dua tahun lagi. Maka dari itu, pada tahun depan dinilainya sebagai tahun pemantapan dan tahun selanjutnya adalah tahun untuk memilih. “Jadi begitulah suasana politik kita. Tapi tentunya siapa yang terbaik akan terpilih,” tandasnya.

JK juga sempat membahas politik identitas yang banyak dibicarakan belakangan ini. “Politik identitas dulu juga sudah ada sejak zaman Bung Karno dengan Nasakom-nya,” kata dia.

Nafa Urbach (kedua kiri) di sela Rakernas.

ADA YANG TEWAS

Saya duduk bersebelahan dengan Pak Isran ketika Mahathir memberikan pandangannya. “Kira-kira beliau berbicara 30 menit,” kata Isran. Dan benar, selanjutnya Mahathir masih memberikan kesempatan tanya jawab kepada peserta Rakernas.

“Saya sadar barangkali ada perkataan saya yang agak janggal dan lucu di pendengaran saudara-saudara. Tapi saya yakin perbedaannya tidak terlalu besar karena kita memang serumpun, hanya terbagi menjadi dua negara” kata Mahathir mengawali ceramahnya.

Mahathir menekankan, dalam dunia perpolitikan seseorang harus mempunyai kematangan, karena dalam ajang kontestasi politik akan ada pihak yang menang dan ada yang ‘tewas’. “Karena itu dibutuhkan kematangan agar pihak yang ‘tewas’ bisa menerima dan menghormati,” katanya yang disambut para peserta dengan tertawa. Maklum ucapan ‘tewas’ agak janggal di telinga kita. Di Malaysia, kata tewas sama dengan kalah.

Melalui Partai UMNO, Mahathir berkuasa selama 23 tahun (1981-2003) menjadi perdana menteri Malaysia. Pada usianya yang sudah lanjut, dia terpilih kembali pada tahun 2018 setelah koalisi Pakatan Harapan (PH) memenangi Pemilu bersama Anwar Ibrahim. Di tengah jalan pecah kongsi, Mahathir mundur tahun 2020 setelah dua tahun berkuasa. “Saya jadi perdana menteri lagi karena ada ‘pencurian’ uang di pemerintahan yang jadi sorotan rakyat,” katanya.

Mahathir sempat memuji keberhasilan kepemimpinan Presiden Jokowi. “Pastinya Partai Nasdem di bawah kepemimpinan Bapak Surya Paloh turut berperan membantu memastikan kepemimpinan nasional Indonesia terus berbakti kepada rakyatnya, supaya berkemajuan yang lebih baik,” ujarnya.

Ketika ditanya tentang peranan wanita, Mahathir menegaskan kaum wanita harus diberi peran yang sama dengan kaum pria sepanjang dia berkemampuan. “Penting kehadiran dan partisipasi kaum wanita dalam politik,” katanya.

Rakernas Nasdem benar-benar tidak membosankan. Ketika saya bersama Pak Isran, sempat juga ketemu Gubernur Sulteng Rusdy Mastura, yang ternyata juga kader Nasdem. “Wah ini sahabat saya,” katanya bersemangat. Pak Rusdy masih ingat dia pingsan ketika acara penyerahan tanah dan air di Titik Nol IKN kepada Presiden Jokowi.

Saya juga bertemu dengan Abah Qomar, mantan pelawak yang sekarang juga bergabung di Nasdem. Dia tampil sangat menarik, mengenakan pakaian khas warga Baduy tanpa alas kaki. Lebih menarik lagi ketika saya bersama Ketua LPM Teritip Andi Poli dan anggota DPRD Parlindungan bertemu penyanyi Nafa Urbach. “Salam Restorasi!” katanya tetap cantik, yang 15 Juni lalu tepat berusia 42 tahun.(*)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *