UNIVERSITAS MULAWARMAN (Unmul) sekarang dipimpin rektor baru untuk masa bakti 2022-2026. Dr Ir Abdunnur, M.Si. Ia resmi dilantik Kamis (27/10) kemarin, sekitar dua bulan lebih setelah ia dinyatakan sebagai pemenang pemilihan. Abdunnur menjadi rektor ke-9 setelah Prof Dr Masjaya, M.Si. Atau pemimpin ke-13 Unmul kalau dihitung sejak era ketua presidium pertama, Sayid Mochsen tahun 1962.
Dalam Rapat Senat Terbuka pemilihan yang berlangsung 11 Agustus 2022, Abdunnur mengungguli dua calon lainnya, yakni Prof Dr Bohari, S.Si M.Si dan Dr Eng Idris S.Si, M.Si. Kementerian Pendidikan juga menyetujui keterpilihan Abdunnur, sehingga proses pengangkatannya berjalan lancar.
Pelantikan Abdunnur berlangsung di Jakarta, di Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi. Menteri Nadiem Makarim, yang langsung melantik. “Selamat bertugas, majukan terus Unmul,” pesan khusus Mas Nadiem.
Pelantikan Abdunnur bersamaan dengan sejumlah rektor lainnya. Karena itu, Nadiem berharap para rektor dapat mendorong transformasi di kampus masing-masing dan menghilangkan dinding yang membatasi mahasiswa untuk berkolaborasi pada dosen dan memberikan kesempatan yang semakin besar untuk berinovasi.
Mewakili Pemerintah Provinsi Kaltim hadir Wagub Hadi Mulyadi. “Selamat kepada Abdunnur yang baru dilantik, lanjutkan hal-hal positif yang telah dibangun rektor sebelumnya. Kita sama-sama membangun Kaltim yang menjadi Ibu Kota Nusantara,” tandasnya.
Abdunnur menyatakan siap bekerja keras. “Alhamdulillah ini kebahagiaan, kehormatan dan amanah yang besar buat saya. Terima kasih Mas Menteri, Pak Gubernur dan Wagub serta sivitas akademika, saya akan bekerja dan menjalankan tugas sebaik-baiknya demi kemajuan Unmul,” katanya.
Sebelum Abdunnur dan Masjaya, Rektor Unmul pertama Prof R Sambas Wirakusumah, menyusul Prof Soetrisno Hadi, Prof Yunus Rasyid, Prof Rachmad Hernadi, Prof Achmad Ariffien Bratawinata, dan Prof Zamruddin Rasyid.
Tugas kerektoran pasti tidak terlalu asing lagi bagi Abdunnur. Karena sebelumnya dia adalah wakil rektor II Bidang Umum, SDM dan Keuangan. “Ya insya Allah bakal lancar dan maju karena 80 persen aktivitas kampus di bawah pengawasan dia sebagai wakil rektor II,” kata Prof Masjaya.
Yang istimewa, Abdunnur boleh dibilang orang daerah pertama yang berhasil menduduki kursi puncak di kampus Unmul. Dia lahir di Bulungan, 8 Maret 1967. Jadi usianya sekarang persis 55 tahun. Waktu itu kabupaten Bulungan masih masuk wilayah Kaltim, sebelum kini menjadi bagian Provinsi Kaltara.
Tapi sejak SD dia sudah bersekolah di Samarinda. Lanjut ke SMPN 1 dan SMAN 1. Ayahnya, orang Banjar, KH Sabranity, sempat menjadi kepala Kantor Agama Samarinda dan dikenal sebagai kiai kharismatik. Waktu itu, rumahnya satu kompleks dengan saya, di kompleks perumahan Prefab, dekat Taman Makam Pahlawan Kesuma Bangsa. Saya senang mendengarkan ceramah ayahnya, bahasa dan dialek Banjarnya sangat kental.
Abdunnur juga asli alumnus Fakultas Pertanian. Bahkan waktu kuliah, dia sering mancing di kolam kampus. Itu memang kegemarannya. Bahkan sampai bermalam, sehingga rekan-rekannya menyebut dia “Si Penunggu Kampus.”
Sekarang Abdunnur menjadi penunggu kampus yang istimewa. Dia memimpin perguruan tinggi terbesar di Kaltim bahkan di Kalimantan dengan populasi mahasiswa lebih 30 ribu dan dosen sekitar 1.200 orang. Lulusannya antara lima sampai enam ribu per tahun. “Kami tak menyangka akhirnya dia jadi rektor. Alhamdulillah, itu berkat kecerdasan dan kepemimpinannya,” kata seorang rekannya.
Tapi diakui Abdunnur memang pintar. Itu sebabnya setahun setelah lulus tahun 1991, dia diterima sebagai dosen di Program Studi Daya Perikanan. Malah sebelumnya menjadi asisten dosen. “Saya memang ingin mengembangkan potensi perikanan di Kaltim. Masa semua hanya melirik hutan, migas, dan batu bara saja? Padahal masih ada potensi lain di sektor perikanan,” katanya memberi alasan memilih studi perikanan.
Berkat mendapat beasiswa Program Pascasarjana dari Kementerian Pendidikan, Abdunnur bisa melanjutkan pendidikan S2 di IPB Bogor. Tahun 1997 dia berhasil meraih gelar magister Ilmu Kelautan dengan predikat cum laude. Nilainya sempurna, 4.00.
Selanjutnya gelar doktor diraihnya dari Nihon University, Jepang melalui jalur kekyuuseii atau research student. Sambil mengajar untuk mahasiswa Jepang, dia melakukan riset manajemen sumber daya hayati di Delta Mahakam dengan fokus analisis rasio isotop stabil. Alhamduillah, tahun 2010 dia sudah meraih gelar S3 atau doktor.
Begitu balik ke kampus, Abdunnur bersama beberapa dosen lainnya merintis berdirinya Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK). Lalu dia menjadi ketua Program Studi Sumber Daya Perikanan, wakil dekan II dan akhirnya menjadi dekan FPIK selama dua tahun (2012-2014). Sejak tahun 2018 dia ditarik Rektor Masjaya menjadi wakil rektor Bidang Umum, SDM dan Keuangan sampai akhirnya terpilih menjadi rektor.
Abdunnur mengakui dia terpilih sebagai rektor juga berkat dukungan dari semua pihak. Dari keluarga, teman-teman dosen, dan mahasiswa. Juga seniornya, Gubernur Isran Noor, yang kebetulan juga satu almamater. “Terima kasih Pak Gub, saya akan berbuat sebaik mungkin,” janjinya.
Istrinya, Hartati Abdunnur, asli ibu rumah tangga sangat memberikan dukungan. Buah perkawinan mereka, ada tiga anak yang sudah besar. Dua anak mereka sudah kuliah dan juga cinta Unmul. Nazla Farah Nazhifa (mahasiswa Fakultas Kedokteran Unmul) dan Nanda Syifa Shafira (mahasiswa Fakultas Hukum Unmul). Satunya si bungsu, Ahmad Ariiq Mushaddiq masih duduk di bangku SMAN 1 Samarinda.
SMART CAMPUS
Sejak kegiatan peringatan Dies Natalis ke-60 Unmul, 27 September 2022, Abdunnur sudah mulai diperkenalkan sebagai rektor baru. Dalam berbagai acara dies, dia selalu berdampingan dengan Prof Masjaya. Bahkan sempat diperkenalkan kepada Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Prof Siti Nurbaya, yang saat itu memberikan orasi ilmiah.
Unmul dan Kementerian LHK harus terus bersinergi. Mengingat pola ilmiah pokok (PIP) Unmul adalah tropical rain forest atau hutan tropis lembap (HTL). Dan itu sudah dipatok Presiden Jokowi akan mewarnai suasana lingkungan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Sepaku, PPU.
Peran Unmul semakin penting karena dunia sangat berharap Kaltim terus menjadi pelopor mitigasi iklim dan penurunan emisi karbon dengan menjaga hutan tropisnya yang masih tersisa.
Abdunnur berjanji akan terus mengawal visi Unmul, yang termuat dalam roadmap Unmul sampai 2034. Sementara dia sendiri mengusung konsep kepemimpinan “continuity and acceleration.” Unmul akan maju terus jika bertumpu kepada pencapaian kepemimpinan sebelumnya seraya melakukan percepatan di berbagai bidang seperti peningkatan daya saing, memperluas jejaring kerja sama, percepatan digitalisasi sebagai smart campus, serta menggali berbagai sumber keuangan dalam rangka kemandirian finansial untuk mengakselerasi pengembangan Unmul.
Berkaitan dengan kesejahteraan mahasiswa dan dosen, Abdunnur mencanangkan pembukaan asrama mahasiswa baru dan peninjauan persoalan gaji atau remunerasi. Asrama mahasiswa baru itu akan diisi juga dengan program nilai-nilai kebangsaan dan pendidikan mental. Sedang remunerasi, ia melihat perlunya penilaian yang sama untuk sistem pemberian gaji di Unmul.
Di sela-sela kesibukannya memimpin Unmul, saya menunggu kapan Abdunnur memancing lagi. Kebetulan saya suka kalau memancing di rawa atau danau. Rasanya senang sekali kalau dapat ikan gabus (Channa striata) alias haruan.
Ikan gabus yang dijual di pasar umumnya sekarang hasil budi daya dari keramba. Tidak seenak hasil tangkapan alam. Padahal saya suka nasi kuning Taufik (di seberang Hotel Bumi Senyiur Samarinda) dengan kepala ikan haruan. Sayangnya produksi alam terutama dari danau-danau di pedalaman Mahakam semakin menurun. Selain pendangkalan, juga pencemaran. Saya kira ini tugasnya Abdunnur juga sebagai ahli perikanan. Selamat bertugas, Pak Rektor baru.(*)