Imlek di Pendeta Samuel

Imlekan meriah di rumah Pendeta Samuel Kusuma.

LENGKAP acara saya pada hari Sabtu (22/1) kemarin. Ada undangan syukuran dan akikah anak, ada undangan pernikahan dan ada juga  Imlekan di beberapa warga dan tokoh keturunan. Sorenya saya masih sempat bertemu dengan Ketua Umum Aliansi Pimpinan Ormas Daerah Dr Mohammad Djaelani, Ketua Dewan Adat Dayak Dr Abriantinus, dan beberapa tokoh lainnya.

Ada dua undangan resepsi pernikahan yang saya hadiri bersama istri, Bunda Arita. Pertama, undangan di Jl SMA 4 Sepinggan. Yang menikah Ishabullah Yudistira Ramadan dengan Zahira Shofa Sumartono. Satunya lagi pernikahan Arini dan Bahrani di Hotel Pacific Balikpapan.

Yang resepsi pernikahan di hotel tentu mudah mencarinya. Bisa langsung menuju. Tapi acara yang di kediaman, saya harus berjuang. Apalagi di undangan tidak tertera peta atau bar code alamatnya. Untungnya arah menuju tempat acara biasanya dipasangi janur serta tulisan di atas kertas nama kedua mempelai.

Kedua pasangan dan keluarga senang sekali saya datang. Saya dan Bunda Arita diminta foto bersama berkali-kali. Dia tak menyangka saya datang, apalagi hujan rintik-rintik. Tapi saya datang hanya  sebentar, supaya waktunya cukup berbagi dengan undangan yang lain.

Kemudian saya singgah di rumah keluarga Edi dan Dina di Jl Yuka RT 27 No 31. Dekat pasar Sepinggan. Pasangan ini sangat berbahagia dengan kelahiran putrinya Citra Ningtyas Ayu Winanti, 28 Desember 2022. Mereka mengadakan syukuran dan akikah, biar anaknya menjadi putri yang tumbuh berkembang dengan baik, sehat dan cerdas serta patuh kepada orang tua, keluarga, dan agama.

Bersama Pendeta Samuel Kusuma.

Akikah adalah syukuran kelahiran sekaligus pemberian nama. Hukumnya sunnah muakkad, sunah  yang  diutamakan. Jika mampu disyaratkan dengan menyembelih 2 ekor kambing untuk anak laki-laki dan satu ekor bagi keluarga yang anaknya perempuan. Dilaksanakan  pada hari ke-7, ke-14 atau ke-21 setelah bayi dilahirkan.

Pulangnya saya disangui puluhan bungkus tape ketan. He, camilan manis kesukaan saya ini. Saya tidak tahu kenapa tuan rumah tahu apa yang saya sukai. Tape ketan dibungkus daun pisang. Ini membuatnya tidak gampang. Ketan yang sudah dimasak, lalu ditaburi ragi dan kemudian difermentasi selama 2-3 hari. Bahkan lebih, biar jadi benar rasanya.

Tape singkong saya suka juga. Asal singkongnya jangan yang besar-besar.  Sebab kalau besar cenderung masaknya jadi tape tidak merata. Enak juga juga kalau dijadikan campuran es buah.

Bersama Pak Charles dan istri, Pak Slamet, dan Pak Abriantinus.

SUKA ANGPAONYA

Selesai undangan akikah dan resepsi perkawinan, saya Imlekan ke rumah Pak Charles, pemilik Hotel Platinum. Saya sering datang ke sana tiap tahun, sejak masih menjabat wali kota. Dia berkumpul bersama anak, istri, dan saudaranya merayakan Imlek. Juga didampingi salah seorang direkturnya, Pak Sugianto. Sebelum Covid, ratusan bahkan ribuan anak buahnya dan kerabat datang ke sana.

Saya sengaja membawa kedua cucu saya, Defa dan Dafin. Dia mau melihat atraksi barongsai. Ternyata kita terlambat. Barongsainya sudah main dan keburu pulang. Biasanya mereka pindah ke rumah lain, memenuhi undangan di beberapa keluarga keturunan.

Barongsai seni pertunjukan kebudayaan China, yang mengawinkan seni tari, bela diri, dan akrobat. Dua penari menjadi satu dibungkus dengan kostum singa. Ada singa merah, biru dan hijau. Saya suka singa biru. He, sama dengan warna partai saya, NasDem. Biar saya terpilih duduk di kursi Senayan atau ke provinsi.

Konon nama barongsai dari bahasa Indonesia. Barong dan sai. Barong itu topeng, seperti dalam kesenian Jawa dan Bali. Sedang sai berasal dari dialek Hokkian, yang bermakna singa. Kalau bahasa Mandarin disebut Wu shi, yang artinya tarian singa.

Atraksi tarian singa Barongsai.

Ada mitos munculnya tarian barongsai. Konon dulu tiap tahun baru datang makhluk besar yang mengganggu keamanan dan kesejahteraan masyarakat.  Lalu datang Budha dengan menunggang singa mengusirnya. Sebagai penghargaan, singanya diberi makanan angpao. Itu tradisi yang terus berkembang.

Cucu saya senang sekali dapat angpao. Karena mereka tidak terbiasa. Sampai di rumah terus dipegangnya. Dia bilang nanti dia mau traktir temannya di sekolah. Kebetulan Dafin tanggal 27 Januari nanti akan berulang tahun yang ke-7. 

Begitu saya pamit, rombongan Forkopimda datang. Ada Wali Kota Rahmad Mas’ud, Kapolresta Kombes V Thirdy Hadmiarso serta Dandim baru Letkol  (Arm) Azhari bersama istri. Bareng saya pulang Ketua APINDO Kaltim Slamet Brotosiswoyo dan Abriantinus. “Martabak Pak Charles mantap,” kata Pak Slamet. Tapi cucu saya Defa suka makan kambing guling.

Saya tak mengira pendeta Dr Samuel Kusuma, M.Th, pimpinan gereja Bethani dan rektor Institut Kristen Borneo Balikpapan juga Imlekan. Dia memang keluarga keturunan Tionghoa asal Surabaya. Dia mengundang saya ke kediamannya  di kompleks perumahan Ciputra Bukit Indah (CBI).

“Selamat datang, sahabat saya Pak Wali,” katanya bersemangat. Dia menyambut bersama istrinya, Ibu Fonny. Ada juga anaknya, Kevin yang sekarang mulai tumbuh menjadi pendeta muda. Pendeta Samuel selalu memanggil saya Pak Wali. “Izinkan saya tetap memanggil Pak Wali,” katanya tulus.

Saya baru pertama kali ke rumahnya bergaya Eropa. Sangat asri dan strategis di Monark Park Blok MP5 No 3. Begitu melewati gerbang masuk langsung ke rumahnya. Modelnya beda sendiri. “Ya saya berterima kasih manajemen CBI mengizinkan saya membangun dengan desain sendiri,” kata Samuel.

Gong Xi Fa Cai Wali Kota dan Forkopimda di kediaman Pak Charles.

Ornamen interior rumahnya sangat khas. Saya belum pernah melihat. Ada kolam renangnya. Tadinya saya makan bakso di halaman rumah saja. Itu bakso keliling yang dipanggil Pak Samuel. Untuk menghargai UMKM. Enak sambil bersilaturahmi dengan yang lain. Tapi Pak Samuel meminta saya masuk dan makan sajian khas Imlek, lontong Cap Go Meh yang disiapkan istrinya  di meja makan.

Meskipun namanya menggunakan kosakata Hokkian, sesungguhnya lontong Cap Go Meh tidak asli dari negeri Tirai Bambu.  Masakan ini merupakan adaptasi olahan peranakan Tionghoa Indonesia dengan masakan Jawa.

Lazimnya disajikan dua minggu atau 14 hari setelah penanggalan Imlek. Tapi seiring dengan perkembangan zaman, makanan yang terdiri dari lontong, ayam opor, sayur lodeh,  telur pindang, sambal goreng dan kerupuk itu, disajikan kapan saja.

Ketika saya datang, duluan pamit rombongan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), yang  dipimpin Pak Abdul Muis. Ada juga mantan ketua MUI KH Kasim Palanju serta anggota FKUB lainnya. Saya juga sempat bertemu Pak Willem Tangka dan ibu. Serta beberapa tokoh dan pendeta lainnya.

Pendeta Samuel dikenal sangat akrab bergaul. Tidak saja kepada jamaahnya, tetapi juga dengan warga lain. Dalam suatu rilis disebutkan dia termasuk salah satu dari 100 pendeta berpengaruh di Indonesia.

Berdasarkan kalender China, sejak 22 Januari 2020 kita memasuki Tahun Kelinci Air dan berakhir pada 9 Februari 2024, ketika memasuki Tahun Naga. Kelinci dalam astrologi Tiongkok melambangkan kesabaran dan keberuntungan. Itu berarti tahun 2023, meskipun kita memasuki tahun politik dan ekonomi yang berat, tetap membawa kedamaian dan kesuksesan.

Pakar Feng Shui Angelia Fang seperti diberitakan Antara,  menyebut ada 5 shio yang diramal mengalami keberuntungan. Yaitu shio anjing, kelinci, tikus, kambing, dan shio monyet.

Cucu-cucu saya suka memelihara kucing dan kelinci. Ada kelinci Jena di Sentul, Bogor yang lucu. Dia suka sekali bermain. Tapi Defa dan Dafin lagi bersedih. Sepasang kelincinya berbulu hitam dan putih baru saja mati dimakan usia. Dafin sedih, katanya. Dia minta dicarikan yang masih muda.

Saya jadi teringat lagu jadul. Judulnya “Gang Kelinci” karya Titiek Puspa, yang dipopulerkan penyanyi Lilis Suryani pada tahun 1963.(*)

1 thought on “Imlek di Pendeta Samuel”

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *