Rhenald Kasali dan IKN

Prof Renald Kasali dan istri di Titik Nol IKN.

PAKAR manajemen Universitas Indonesia (UI) Prof Renald Kasali ke Balikpapan, Selasa (23/1) lalu. Dia memenuhi undangan Bankaltimtara untuk memberikan motivasi sekalian menyempatkan diri mengunjungi lokasi Ibu Kota Nusantara (IKN) di Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU).

Selama  tiga hari di Balikpapan dia ditemani sahabatnya satu almamater, Dr Sabri Ramdhani. Sabri pengusaha senior Balikpapan, yang bergerak di bidang farmasi dan perkapalan. Dia pernah menjadi dirut Perusda Melati Bhakti Sakti (MBS) milik Pemprov Kaltim.

Saya sendiri sudah lama tak bertemu sang profesor. Saya berteman sejak jadi wartawan Kaltim Post. Pak Dahlan Iskan  melalui jaringan Jawa Pos Group banyak memberi wadah untuk tulisan dan pemikiran Renald, hingga dia dikenal sebagai pakar manajemen yang bernas dengan ide-ide pembaharuan.

“Sudah 25 tahunan ya kita berteman,” kata Renald kepada saya. Bersama Sabri, kami menikmati kopi dan teh susu di Roti Tiam Bakery and Café milik Pak Heri di Jl MT Haryono. Tak lama sang pemilik ikut bergabung. “Coba ekspansi ke Jakarta, Pak, nanti gabung cafenya di Rumah Perubahan,” kata Renald ke Pak Heri.

Sejak tahun 2007 Prof Renald mendirikan Rumah Perubahan. Lokasinya di perkampungan yang asri, di atas lahan seluas 7 hektare di Desa Jati Murni Bekasi. Setiap hari ramai didatangi para eksekutif dan tokoh-tokoh perubahan.

Dia ingin membuktikan teori-teori manajemen di kampus dengan praktik pelaksanaannya secara nyata. Rumah Perubahan  memberikan jasa pelatihan dan konsultasi manajemen. Pelatihan mengenai transformasi  dan segala hal yang terkait dengan manajemen.  Juga mengelola dana-dana sponsor CSR untuk perubahan.

Sabri menjelaskan kepada Renald kalau Pak Heri adalah pengusaha warung atau kafe yang konsisten berdiri puluhan tahun silam. Bersama istri dan anaknya membuat menu-menu makanan, yang cita rasanya sangat nyaman dan berkualitas. Mulai nasi campur, bakwan campur sampai aneka produk roti-rotian.

Saya juga berteman dengan Pak Heri sudah lama. Dia sering mengirimi saya makanan. Terkadang bersama-sama olahraga mulai On-On sampai main tenis meja. “Alhamdulillah kondisi saya cukup sehat,” kata Pak Heri, yang sekarang berusia 74 tahun.

Bersama pemilik Roti Tiam Balikpapan, Pak Heri (baju biru).

Prof Renald menyarankan juga ke Pak Heri tidak ada salahnya membuka lembaga pelatihan untuk menularkan keahliannya. Roti Tiam sekarang berkembang besar. Mempunyai puluhan tenaga kerja mulai yang bertugas di produksi, pelayanan sampai keuangan. “Mereka saya ambil mulai tidak mengerti apa-apa,” jelasnya.

Ketika kami ngopi di Roti Tiam, cukup banyak juga pengunjung yang cepat mengenal Prof Renald Kasali. Sebagian minta foto bersama. “Saya sudah baca buku baru Prof,” kata seorang pengunjung. Lebih 40 buku sudah ditulis, di antaranya Re-Code Your Change DNA, Disruption, Tomorrow is Today, The Great Shifting, Myelin, Agility dan Strawberry Generation. 

Datang ke Balikpapan, Prof Renald Kasali tidak sendiri. Dia ditemani istrinya, Elisa Kasali. Dia wanita aktivis dan pemerhati pendidikan anak usia dini (PAUD). Elisa menjabat sebagai ketua Yayasan Rumah Perubahan dan pengelola  Rumah Baca Manca dan PAUD serta pendiri TK Kutilang Rumah Perubahan.

Ini membuktikan bahwa kedua pasangan ini saling mengisi untuk membawa semangat perubahan bagi anak bangsa. Prof Renald secara khusus menerbitkan buku berjudul  “Sentra Inspiring School: Membangun Kecerdasan Anak Demi Masa Depan Cemerlang.”

Prof Renald Kasali dan Elisa bersama anak-anak PAUD asuhannya

BRANDING INDONESIA

Prof Renald Kasali termasuk akademisi yang mendukung pembangunan IKN. “IKN itu bagian branding Indonesia,” katanya. Dia sudah lama mengetahui para pemimpin bangsa ingin memindahkan ibu kota negara, karena itu dia menyambut baik pelaksanaan rencana tersebut.

Ketika IKN ditetapkan Presiden Jokowi tahun lalu dan banyak pihak yang mengkritik keputusan itu, guru besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis UI ini dengan tenang menanggapinya. “Seperti itulah yang namanya perubahan, selalu ada resistensi. Apakah dilakukan hari ini, 20 tahun lalu, 30 tahun lalu atau dilakukan  30 tahun ke depan,” katanya di kanal YouTube-nya, Selasa (8/2) tahun lalu.

Bagi Renald, rencana pemindahan ibu kota terkait dengan isu perubahan. Dia mengingatkan 5-10 tahun ke depan Jakarta semakin padat dan kompleks.  “Kalimantan itu full of resources, nikel, emas, batubara hingga intan ada di sana. Karena itu kontribusi Kalimantan terhadap devisa negara sangat besar walau harus diakui perputaran ekonomi 60 persennya berada di Jakarta,” jelasnya.

Menurutnya, dengan dipindahkannya IKN ke Kalimantan, maka akan ada keseimbangan baru dalam memandang Indonesia di masa depan.

Ketika saya tanya konsep apa yang bakal dibawa setelah menginjakkan kaki ke lokasi IKN di Sepaku? Menurut Prof Renald Kasali dia menawarkan kepada Ketua Otorita IKN Bambang Susantono untuk mengembangkan konsep ESG (Environmental, Social and Governance) atau dalam istilah Indonesianya, Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola (LST).

Penggunaan konsep ESG dalam perkembangan ekonomi hijau dan berkelanjutan di Tanah Air dan global semakin meningkat dan populer. Tadinya konsep ini lebih diarahkan pada tata kelola perusahaan, tapi belakangan juga diterapkan dalam tata kelola pemerintahan.

Bersama Sabri Ramdhani dan istri di lokasi IKN.

Gerakan ESG mulai diperkenalkan awal tahun 2004 atau 19 tahun silam oleh Sekjen PBB Kofi Annan, yang menginisiasi adanya studi melibatkan lembaga-lembaga keuangan ternama dunia. Setahun kemudian prakarsa studi itu menerbitkan laporan yang diberi judul “Who Cares Wins” (Siapa  yang Peduli akan Menang). Dalam laporan tersebut, Istilah ESG pertama kali dicetuskan.

Menurut Prof Renald Kasali, dia sangat tertarik dalam penanganan habitat fauna atau primata di lokasi IKN yang menerapkan konsep forest city. “Kita bukan membuat kebun binatang, tapi bagaimana penghuni hutan bisa hidup berdampingan dengan manusia secara harmonis dan lestari di sana,” jelasnya.

Dulu ada Prof Willie Smits dari Tropenbos bersama PT Inhutani I di Km 38 Samboja  yang salah satu kegiatannya reintroduksi atau peliaran orangutan. Saya sering datang ke sana. Tapi Willie sangat melarang kita berakrab ria dengan orangutan, agar si orangutan tetap bisa diliarkan kembali ke habitatnya.

Belakangan Willie membentuk Yayasan BOS,  Borneo Orangutan  Survival Foundation. Selain orangutan, dia juga menaruh perhatian pada beruang madu, beruang terkecil di dunia yang menjadi maskot Kota Balikpapan.

Ngopi dulu di Kecamatan Sepaku sebelum masuk ke lokasi IKN.

Saya bilang ke Prof Renald Kasali dari Km 38 menuju lokasi IKN, di sebelah kiri ada kawasan hutan primer yang sebagian masih terjaga seluas 1.500 hektare. Banyak monyet berkeliaran di pinggir jalan. Itu hutan milik PT Inhutani I yang sudah ditetapkan sebagai hutan konservasi dan wisata alam, yang dinamakan Bukit Bengkirai. Di situ ada fasilitas canopy bridge, jembatan yang dibuat di atas ketinggian pohon bengkirai. Jembatan terpanjang ke-2 di Asia dan  ke-8 di dunia.

Sejumlah fauna eksotik ada di sana. Mulai owa-owa, beruk, lutung merah, orangutan, hingga jenis semut hutan dengan panjang sekitar 2 sentimeter.

Bukit Bengkirai sekarang terkesan tidak terurus dengan baik. Dengan adanya IKN dan semangat Prof Renald Kasali, saya setuju kalau itu dikelola kembali. Orang yang datang ke lokasi IKN, agak bingung. Setelah berfoto di lokasi Titik Nol dan melihat pohon-pohon HTI Eucalyptus, setelah itu mau ke mana? Harusnya bisa singgah dan istirahat di Bukit Bengkirai.(*)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *