SALAH seorang tokoh wanita yang sangat berduka dengan kepergian Ibu Hajjah Norbaiti Isran Noor adalah Dr Meiliana, mantan Plt Sekprov Kaltim yang sekarang sebagai ketua Percepatan Pengembangan Pulau Maratua. “Saya tak bisa melupakan Ibu karena saya kenal beliau sejak masih bujang,” katanya semalam.
Tentu tidak sekadar kenal, tapi Mei juga sering bersama-sama. Tidak saja dalam acara formal, tetapi juga di waktu santai. “Ibu suka makan dan bekesahan, cocok jadinya dengan aku,” katanya mengenang almarhumah.
Kalau lagi menjenguk Ibu Norbaiti di Jakarta, Mei sering membawakan roti pisang samarinda kesukaan almarhumah “Kami asyik bekesahan. Saya tidak boleh pulang kalau belum makan siang,” ujarnya.
Seperti kita ketahui, Ibu Norbaiti dilaporkan meninggal dunia Rabu (25/5) malam sekitar pukul 20.23 WIB di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (RS PON) Jakarta setelah menjalani penanganan intensif dari tim dokter di sana. Ia sudah lama mengidap kanker di bagian otak, sehingga harus menjalani kemoterapi berkali-kali.
Gubernur Isran Noor yang tengah berada di Yogyakarta membatalkan kegiatannya di kampus Universitas Gajah Mada (UGM). Dia langsung terbang ke Jakarta menemani istrinya di masa kritis bersama anak dan keluarganya. “Saya kehilangan seorang istri dan ibu yang baik. Dia selalu menemani saya dalam suka dan duka,” kata Isran dalam suasana berkabung.
Isran menemani jenazah istrinya dari RS PON sampai diterbangkan dengan pesawat Garuda ke Balikpapan. Selanjutnya dibawa ke rumah duka di Jl Adipura No 21 Samarinda untuk dimakamkan. Ribuan ucapan duka cita disampaikan warga Kaltim baik melalui media sosial maupun mengirimkan karangan bunga.
Menurut Mei, banyak hal yang diceritakan Bu Norbaiti jika mereka bertemu. Mulai soal dua cucunya yang lucu, soal makanan sampai masalah yang berat dan berbau politik. Maklum wanita kelahiran Loa Janan 54 tahun lalu itu, pernah menjadi anggota DPR RI dan pernah menjadi calon bupati Kutai Timur.
Itu menunjukkan di balik penampilan Ibu Norbaiti yang tenang dan humanis, tersimpan semangat dia memajukan bangsa dan negara termasuk ketika dia menemani Isran dalam berbagai perjuangan khususnya mulai menjadi bupati Kutai Timur sampai menjadi gubernur Kaltim.
Sebagai wakil rakyat, dia pernah duduk di Komisi VI yang membidangi masalah energi sumber daya mineral, riset dan teknologi serta lingkungan hidup. Ini membutuhkan wawasan yang luas, mengingat Indonesia termasuk Kaltim sangat mengandalkan potensi sumber daya mineralnya dan mempunyai dampak yang luas terhadap lingkungan.
Ternyata kehadiran Ibu Norbaiti di Komisi tersebut sangat berarti dan banyak memberi andil pemikiran untuk menjadi kebijakan Pemerintah. “Beliau sangat inspiratif dan menjadi salah satu idola aku,” kata Mei, yang saat ini menjadi bakal calon anggota DPRD Kaltim dapil Samarinda. Ini langkah pertama Mei memasuki dunia legislatif. Dia dicalonkan oleh Partai Golkar sebagai wakil perempuan yang dinilai sangat potensial.
Mei mengaku warga Kaltim sangat kehilangan wanita yang sangat bersahaja tersebut. “Ibu Norbaiti juga suka mengenakan busana warna pink, yang menggambarkan wanita yang penuh kepedulian, serta menampakkan aura kelemahlembutan,” kenangnya.
Selamat jalan Ibu Norbaiti binti Amlan. Jasa dan pengabdianmu selalu kami kenang. Senyummu menjadi penyejuk kehidupan. Insya Allah husnul khatimah.(*)