SAYA ikut plant tour ke kilang Badak LNG, Bontang, Minggu (9/10) kemarin. Tur itu dalam rangkaian dari kegiatan Festival Media Digital dan Wartawan Legend Award di “Kota Taman” Bontang. Ada 15 wartawan yang ikut dipimpin Charles Siahaan. Juga didampingi Kepala Dinas Kominfo Bontang Anwar Sadat, SP.
Surprise buat saya bisa kembali masuk ke kawasan kilang Badak LNG di Bontang Selatan seluas 2.100 hektare. Maklum sudah puluhan tahun lebih tak pernah ke sana. Saya masih ingat ketika kilang Badak itu diresmikan Presiden Soeharto, 1 Agustus 1977.
Pengapalan LNG pertama dilakukan 9 Agutus 1977 ke Senboku, Jepang dengan menggunakan kapal LNG Aquarius. Konon kapal-kapal pengangkut LNG dari Bontang awalnya adalah milik Tomy Soeharto. Tapi belakangan sudah tidak lagi.
Waktu itu saya ikut meliput. Masih menjadi wartawan Suara Kaltim dan Antara, karena Kaltim Post baru lahir awal 1988. Beberapa wartawan senior lainnya sekarang sudah tiada. Di antaranya HM Saleh Jaya (Pimred Suara Kaltim), Hiefni Effendi (Pimred Meranti), H Syahranuddin (Kapendam VI/Mulawarman yang juga wartawan Harian Angkatan Bersenjata), Sofyan Asnawi (Sinar Harapan) dan beberapa lagi lainnya.
Bayangkan itu peristiwa 46 tahun silam. Kalau saya bekerja di sana, mungkin duluan saya jadi Presdir dan CEO PT Badak NGL sebelum Gema Iriandus Pahalawan. He..he. Tapi saya tak punya keahlian urusan gas. Malah dari wartawan jadi wali kota. Bahkan sekarang nyaleg menuju kursi DPR RI 2024. Saya juga punya pengalaman jadi anggota MPR Utusan Daerah, ketika Gus Dur jadi presiden.
Kemarin, saya lihat kilang Badak LNG masih kokoh. Tak ada yang terlihat karatan. Bersih, hanya pohon dan rumput-rumputnya agak mengering. Maklum tak ada hujan akibat El Nino. Tapi hutannya PT Badak saya lihat masih terjaga. Mangrovenya sangat rapi dan hijau. Kabarnya masih ada monyet dan bekantannya termasuk ular berkeliaran di sana. Malah teluk di kawasan pelabuhan khusus (loading dock) PT Badak ada buayanya. Sering menyeberang di jalan menuju Pantai Marina, he mirip Marina-nya Singapura.
Ada yang bilang kilang PT Badak NGL yang bernilai sekitar Rp 16 triliun itu, adalah salah satu kilang tertua di dunia. Sudah 4 dekade lebih beroperasi. Juga pengelolaannya paling efisien di dunia. Itu membuktikan bahwa Indonesia memiliki fasilitas kilang LNG kelas dunia dengan sumber daya manusia (SDM) yang unggul dan juga mendunia.
Berkat SDM yang andal, PT Badak NGL meraih penghargaan Patra Nirbhaya Karya Utama dalam Penganugerahan Keselamatan Migas 2023. Ini bentuk pengakuan prestasi atas keberhasilan mencapai 124 juta jam kerja aman tanpa kehilangan hari kerja karena terjadi kecelakaan selama lebih 16 tahun. Juga meraih Proper Emas ke-12 ketika meraih 120 juta jam kerja tahun lalu.
Sudah 10 tahun terakhir ini PT Badak NGL tidak menggunakan tenaga kerja asing (expatriate). Sebelumnya ada 200-an. Sekarang semua pekerja anak bangsa. Malah sebaliknya melalui Badak Learning Center, banyak pekerja asing dari berbagai negara berlatih di sana. Pernah Dominion Cove LNG Amerika mengirim 60 orang awaknya berlatih di Badak. Juga operator berbagai kilang LNG di dunia lainnya.
PT Badak NGL bekerjasama dengan Politeknik Jakarta juga mendirikan LNG Academy. Mereka membuka program beasiswa jenjang diploma III (D3). Sejak berdiri pada tahun 2011 telah memasuki angkatan ke-12 dan telah berhasil melahirkan ratusan lulusan dan bekerja di mana-mana.
LNG adalah kepanjangan Liquefied Natural Gas. Tapi PT Badak sendiri resminya bernama PT Badak NGL (Natural Gas Liquefaction). Salah satu perusahaan pengolah gas alam cair di Indonesia, selain Arun NGL, Donggi Senoro LNG dan Tangguh LNG.
Jadi LNG adalah gas alam dengan komposisi 90 methana (CH4) yang dicairkan pada tekanan di bawah 160 derajat Celcius. Itu untuk memudahkan pengangkutan. Bayangkan gas alam 600 liter dijadikan 1 liter. Kalau diuapkan kembali ke 600 liter.
Manfaat LNG selain untuk di sektor transport, juga bahan bakar power plant dan lainnya. Pengganti solar lebih irit dan ramah lingkungan. Juga bisa diaplikasikan sebagai alternatif pengganti LPG di rumah tangga (household). Kalau tidak salah mall Balikpapapn Super Blok (BSB) sempat menggunakan LNG.
Tur para wartawan itu dikawal oleh Manager CSR & Relation PT Badak NGL Putra Peni Luhur Wibowo dan Manager Security Kol (Purn) Hery Setia. Pak Hery pernah bersama-sama saya. Ketika saya menjadi wali kota, dia mitra saya sebagai Dandim 0905 Balikpapan. Saya senang karena Pak Hery selalu enerjik dan ceria. Tidak garang seperti aparat keamanan lazimnya. Apalagi pulangnya saya diberi tumbler, jersi Badak LNG dan jus mangga.
Yang berubah dari kilang Badak LNG produksinya yang tidak lagi gaspol. Dari 8 train yang dimilikinya, hanya 2 saja yang beroperasi. “Ya karena suplai gas alamnya tidak seperti dulu lagi. Dari Lapangan Badak sudah menurun, sehingga produksi LNG juga menurun,” kata Luhur.
Di awal tahun 2000, produksi kilang PT Badak benar-benar mencapai puncaknya. Train ke-8 atau train H beroperasi pada bulan November 1991. Dengan 8 train yang dimiliki, produksi PT Badak mampu menghasilkan 22,5 Mtpa (juta metrik ton LNG per tahun). Tiap train memiliki kapasitas rata-rata 3,5 juta metrik ton LNG per tahun.
PT Badak NGL sempat menandatangani kontrak penjualan LNG selama 20 tahun. Dan itu terpenuhi dengan lancar. Kontrak ini dikenal dengan sebutan “The 1973 Contract.” Ada lima perusahaan Jepang yang menandatangani kontrak dan menjadi pembeli pertama LNG PT Badak NGL yaitu Chubu Electric Co, Kansai Electric Power Co, Kyushu Electric Power Co, Nippon Steel Corp dan Osaka Gas Co Ltd.
Jika beroperasi pada kapasitas penuh, kilang LNG Badak dapat memproduksi rata-rata 140 ribu ton m3 gas alam per harinya. Total produksi gas alamnya setahunnya berhasil ditingkatkan dari 3,3 juta ton LNG per tahun pada 1977 menjadi lebih dari 22 juta ton LNG dan 1,2 juta ton LPG per tahun.
Sejak 2001 produksi LNG PT Badak NGL menurun. Dari 379 kargo sekarang tinggal 70 sampai 80 an saja. Produksi LPG-nya di tahun 2006 juga sempat dihentikan. Baru tiga tahun kemudian dihidupkan kembali. Dengan menghadirkan inovasi LPG Booster System (LPBS) sejak akhir 2021, produksi LPG Badak meningkat hingga 323 persen sebesar 603 M3 per hari.
Meski produksi LNG menurun, tapi sistem keamanan kilang tidak berubah bahkan makin ditingkatkan. Masuk ke kawasan zona 1 dan 2, super ketat. Tiap pos, pas masuk kita selalu digesek di mesin pemantau yang dibawa petugas. Mobil tak boleh laju. HP juga tak boleh dibawa. “Berlaku semu orang, termasuk kita orang dalam,” kata Hery Setia, sang komandan.
BAKAL CERAH LAGI
Satu bulan lagi PT Badak NGL merayakan HUT-nya ke-49. Tanggal didirikannya perusahaan dan awal konstruksi, 26 November 1974 dijadikan patokan untuk merayakan hari jadi. Tahun lalu mereka mengusung tema: “Amazing Breakthrough.”
Saya yakin wajah pekerja kilang dan pimpinan PT Badak NGL berbunga-bunga. Selain kilangnya tetap eksis dalam usia hampir setengah abad, ada kabar baru yang benar-benar bisa menjadi “kado istimewa.” Yaitu penemuan sumur gas baru yang sangat “ganal” (besar) mencapai 5 triliun kaki kubik (TCF) di sumur eksplorasi Nort Ganal, 85 km lepas pantai Kaltim belum lama ini.
Menurut Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto, penemuan terbaru itu menjadi salah satu dari tiga besar temuan eksplorasi dunia tahun 2023. Penemu gas raksasa (giant discovery) ini adalah ENI, salah satu perusahaan gas terbesar di dunia yang berkedudukan di Roma, Italia. ENI selama ini sudah menyalurkan gas kilang Badak LNG. Dengan penemuan cadangan gas baru itu, pasti akan memompa nafas baru bagi kelangsungan PT Badak NGL.
Diperkirakan 8 train milik PT Badak NGL akan beroperasi lagi. Umurnya bisa diperpanjang lebih dari 20 tahun ke depan. “Kita akan fasilitasi ENI agar bisa berproduksi secepat mungkin. Pak Menteri (ESDM) menargetkan dua tahun ke depan first gas sudah terjadi. Ini hamparan besar,” kata Dirjen Migas Tutuka Ariadji.
Kabar ini tentu juga akan membuat cerah wajah Wali Kota Bontang Basri Rase. Waktu menerima peserta Wartawan Legend di Pendopo Rumah Jabatan, Jumat malam (6/10), ucapan Basri agak berat. “Tak lama lagi ekspor LNG habis. PT Badak tinggal nama. Usia Bontang sebagai kota industri tinggal sekitar 5 tahun,” katanya.
Basri dan PT Badak perlu syukuran. Setidak pada acara HUT ke-49 bulan depan. Tuhan memberi berkah lagi. Kita doakan Eni lancar dalam mempersiapkan sesuatunya sampai sumur “Ganal” benar-benar berproduksi.
Sepulang dari Badak, saya sempat singgah malahap coto Makassar & sop konro di Marannu, Lempake Samarinda. Marranu Balikpapan di Beje-beje sudah tak ada lagi. Kangen juga. Kebetulan yang melayani saya juga bernama Eni. “Tapi saya Eni Marranu pak, bukan Eni yang ganal itu,” katanya tersenyum kepada saya. Terpaksa saya nambah coto lagi.(*)