TERSIAR kabar setidaknya di media sosial, Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Kaesang Pangarep, yang juga putra bungsu Presiden Jokowi akan maju di pemilihan wali kota (Pilwali) Balikpapan tahun 2024 ini.
Kabar itu cukup santer. Malah di Instagram sudah ada yang berani membuat vote. Itu dilakukan @media.bpn. Kaesang diadu dengan petahana Wali Kota Rahmad Mas’ud (RM) dan calon anggota DPD RI dari Balikpapan, Rendi Susiswo Ismail. Hasilnya, dari 3.468 tanggapan, Kaesang menang telak dengan meraih 69 persen. Menyusul Rendi 19 persen dan terakhir RM mendapat 12 persen.
Apakah Kaesang benar-benar mau menjadi cawali Balikpapan? Menurut saya tidak terlalu besar kemungkinannya. Sebab, Kaesang tidak begitu akrab dengan kota ini. Jauh dari Jakarta. Memang ada magnet yang bisa membuat dia melirik, yaitu Ibu Kota Nusantara (IKN) yang sangat dekat jaraknya. Sehingga Balikpapan menjadi kota penyangga utama yang sangat strategis.
Dua bulan lalu saya pernah diberitahu seorang pengusaha.. Katanya dia sedang melakukan pendekatan agar Kaesang mau tertarik masuk dalam perebutan kursi Wali Kota Balikpapan. “Biar lebih seru dan insyaallah menang kalau dia bersedia turun ke tempat kita,” jelasnya.
Kaesang pernah ke Balikpapan, 22 Desember tahun lalu dalam rangkaian safari politik ke Kalimantan. Ia malah sempat nobar di Pasar Segar menyaksikan Debat Cawapres yang menampilkan kakaknya, Gibran Rakabuming Raka sebagai pendamping Prabowo. Ia ditemani sang istri, Erina Gudono yang sekarang didorong-dorong menjadi calon bupati Sleman, Yogyakarta.
Sebelum menjadi ketua umum PSI, Kaesang sempat di-endorse menjadi cawali Depok. Sejumlah baliho sudah terpasang di mana-mana. Belakangan, Kaesang menegaskan tidak akan maju. Termasuk dari ayahnya sendiri, Presiden Jokowi. “Saya mau fokus sebagai ketua umum PSI saja,” tandasnya.
Kaesang juga sempat masuk dalam bursa calon gubernur DKI Jakarta. Tapi sepertinya dia tersandung dengan UU No 7 tahun 2017 tentang Pemilu dan Peraturan KPU Nomor 3 Tahun 2017 berkaitan soal usia calon.
Sesuai ketentuan tadi, usia calon gubernur minimal 30 tahun. Sedang Kaesang baru berusia 30 tahun pada akhir Desember 2024 setelah Pilkada serentak digelar. Jadi belum memenuhi syarat, karena dia dilahirkan pada 25 Desember 1994.
Sekretaris PSI Balikpapan Satriani menepis isu Kaesang menjadi calon wali kota. “Mas Kaesang itu ketum Partai, levelnya nasional. Masa iya mau maju menjadi calon wali kota? Kalau calon gubernur masih mungkinlah,” jelasnya kepada SEKITARKALTIM.ID.
Sementara itu, PSI kembali gagal meraih kursi di DPRD Balikpapan. Ini hal yang sama terulang seperti pada Pemilu 2019. Target mereka meningkatkan suara pada Pileg 2024 dan minimal meraih satu kursi ternyata tidak kesampaian.
CALON YANG LAIN
Terlepas soal Kaesang, pembicaraan warga Balikpapan sudah mulai ramai. Siapa yang bakal menjadi lawan petahana? RM sudah pasti maju untuk kedua kalinya. Apalagi Golkar sangat sukses meraup kursi di DPRD Kota dengan perolehan 16 kursi. Jadi tidak perlu koalisi sudah bisa maju sendiri.
Jumlah kursi di DPRD Balikpapan ada 45. Kalau dikurangi 16, berarti sisa 29. Jika syarat menjadi calon wali kota minimal 9 kursi, maka masih mungkin ada tiga calon lagi, yang bisa maju ke arena kontestasi melalui gabungan partai atau koalisi.
Tapi patut diduga RM akan memborong partai lagi. Bisa jadi ingin mengulang model Pilkada tahun 2020 yang lalu. Lawannya hanya Kotak Kosong (KK). Tapi beberapa pihak memprediksi, sekali ini jika hal itu terjadi Kotak Kosong berpeluang menang. Sebab, banyak yang menilai cara kerja sang wali kota bisa mendegradasi faktor elektoralnya. Pada Pilwali 2020, RM memperoleh 160.929 suara, sedang KK 96.642 suara.
Sesuai dengan Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU) Nomor 13 Tahun 2018, apabila perolehan suara pada kolom kosong (istilah yang benar bukan kotak kosong) lebih banyak, maka KPU akan menetapkan penyelenggaraan pemilihan kembali.
Kalau dilihat hasil Pileg yang baru lalu, Partai Nasdem membuat kejutan. Dari 3 kursi menjadi 7. Pemenang kedua setelah Golkar. Tinggal 2 lagi sudah bisa mengajukan calon wali kota. Sayangnya sang ketua, Ahmad Basir (AHB) yang digadang-gadang gagal mendapat kursi. Padahal sudah tersedia kursi wakil ketua DPRD untuknya dan jembatan mulus ke cawali. Saat ini Basir lagi melakukan gugatan ke Bawaslu karena merasa ada kecurangan. AHB tetap berpeluang diajukan Nasdem ke Pilwali.
Calon dari ketua partai lainnya, bisa jadi Ketua Partai Gerindra Balikpapan Muhammad Taqwa atau kakaknya Sabaruddin Panrecalle. Juga Ketua PDIP Budiono. Tapi aksi mereka sejauh ini belum terlihat. Sabaruddin sekarang lolos ke DPRD Kaltim, Taqwa dan Budiono bertahan di DPRD Balikpapan. Sayangnya PDIP melorot dari 8 kursi menjadi 4. Sedang Gerindra tetap bertahan dengan 6 kursi.
Nama dari luar ketua partai juga mulai muncul. Selain Rendi Ismail (ketua Dewan Pembina Yayasan Uniba), ada juga nama drg Syukri Wahid dan Ir Adam Sinte, anggota DPRD Kaltim yang juga ketua Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS). Ketiganya memang punya bobot dan kapasitas bagus. Sangat berpengalaman, meski sama-sama tak sukses pada Pileg yang lalu. Syukri pada Pilwali 2016 pernah didorong oleh PKS, sebelum dia hijrah ke Partai Gelora saat ini.
Ketua Kadin Balikpapan Yaser Arafat juga harus diperhitungkan. Putra Ketua Pemuda Pancasila H Syahrir HM Taher ini pada Pilwali 2020 sudah santer terdengar mau maju. Waktu itu sudah rajin melakukan sosialisasi. Tapi kali ini memang tidak terlihat gelagatnya, meski tetap saja berpeluang dan bisa membuat kejutan.
Ada satu nama dari Jakarta yang bisa ikut meramaikan Pilwali Balikpapan, yaitu Farhat Brachma. Dia mantan menantu Wali Kota Balikpapan H Imdaad Hamid. Balihonya sempat terpasang di sudut persimpangan Dome mengucapkan HUT ke-127 Kota Balikpapan. Farhat sekarang menempati posisi penting. Dia Tim Ahli Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin dan Komisaris PT Pupuk Indonesia. Dia juga salah satu kader terbaik PDIP.
Adakah yang akan menggunakan jalur perseorangan atau independen? Sejauh ini belum ada berisiknya. Tapi saya dengar sudah ada yang menjajaki. Persyaratannya harus mengumpulkan KTP dukungan sebanyak 7,5 persen dari daftar pemilih tetap (DPT). Jika DPT Balikpapan sekitar 509 ribu, maka dibutuhkan sekitar 40 sampai 45 ribu dukungan.
Yang harus diingat jika melalui jalur perseorangan, maka harus kerja keras dan cepat. Sebab jadwal pendaftaran dan pemenuhan persyaratan sudah dimulai 5 Mei – 19 Agustus, sedang pasangan calon melalui partai pendaftarannya 27-29 Agustus 2024. Jadwal kampanye 25 September – 23 November, lalu pemungutan suara 27 November. Mudah-mudahan tidak terjadi rencana Pilkada serentak dimajukan pada bulan September. Sebab lebih grasa-grusu lagi pelaksanaannya.
Selain bursa wali kota, orang juga mulai ramai melirik beberapa nama yang bisa menjadi calon wakil wali kota (Cawawali). Ada yang menyebut-nyebut nama Ketua DPC PPP Iwan Wahyudi, anggota DPRD yang juga Ketua Hipmi. Nama Muhaimin, Sekda sekarang juga dibicarakan. Malah ada yang mendorong pengusaha muda Glen Nirwan, putra pengusaha Roy Nirwan, yang pernah menjadi ketua Hipmi.
Dari keterwakilan perempuan, ada nama tokoh budaya Mei Christy, Mieke Henny (anggota DPRD dari Demokrat) dan Risti Utami, yang sekarang belum jadi-jadi diusulkan sebagai pendamping RM sepeninggal suaminya. Malah ada yang datang meminta istri saya, Bunda Arita juga agar berkenan dimajukan sebagai bakal cawawali.
Siapa calon pendamping RM? Saya dengar timnya lagi memantau. Bisa dari unsur pimpinan partai, bisa juga dari luar itu. Bahkan ada yang dijaring melalui jalur birokrasi. RM mungkin juga membuat kejutan, dengan memasang istrinya, Hj Nurlena sebagai cawawali. Apalagi balihonya selama ini selalu berdua. Kasus seperti ini pernah dilakukan kader PKS, pasangan Abdul Hakim-Wahidah yang mengikuti Pilwali Balikpapan tahun 2011.
Tapi ada juga yang berseloroh, jika memungkinkan RM akan maju tanpa pendamping. Jadi sendiri saja. Istilah di sepakbola “solo run.” Seperti sekarang ini, di mana sudah hampir 3 tahun dia bekerja tanpa wakil wali kota sepeninggal almarhum Thohari Aziz.(*)