Catatan Rizal Effendi
ADA bukit angker di Ibu Kota Nusantara (IKN). Namanya Bukit Tengkorak. Seperti dalam cerita film silat. Yang memunculkan nama bukit ini adalah Deputi Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam Otorita IKN, Dr Myrna Asnawati Safitri, SH, MSi.
“Ya di lokasi IKN memang ada Bukit Tengkorak, namanya memang seram,” kata Myrna ketika saya hubungi kemarin. Tak jelas dari mana nama itu muncul. Apakah di sana ada tengkorak? Tidak juga terdengar cerita dari masyarakat.
Menurut Myrna, Bukit Tengkorak adalah eks penambangan batu bara illegal. Sekarang dalam peta IKN masuk Lokasi Rimba Kota yaitu kawasan lindung. Lokasinya di Desa Suko Mulyo, Kecamatan Sepaku, bersebelahan dengan lokasi pusat kebugaran yang ada di IKN.
Samin, sang kepala desanya membenarkan sudah bertahun-tahun terjadi aktivitas tambang batu bara illegal di sana. Kira-kira hampir seluas 3.000 hektare lahan yang dibongkar penambang untuk diambil batu baranya.
Kenapa Myrna menyinggung Bukit Tengkorak? Ternyata dia punya rencana besar. Otorita IKN berencana membangun hutan penghasil minyak atsiri. “Ini salah satu langkah kita untuk mewujudkan IKN sebagai kota berkelanjutan,” ujar putri tokoh politik dan pers Kaltim almarhum HM Fuad Arieph ini.
Mengutip dari Google, minyak atsiri adalah minyak alami yang diperoleh dari penyulingan bagian-bagian tanaman aromatik, seperti bunga, daun, biji, batang, kulit kayu, akar atau rimpang. Minyak atsiri juga dikenal dengan nama minyak esensial (essential oil), minyak terbang (volatile oil) atau etheric oil.
Manfaat minyak atsiri di antaranya untuk aromaterapi, obat alami untuk mengatasi stres dan kondisi fisik yang buruk, perasa makanan, wewangian kosmetik, antiseptik dan bahan pencampur rokok kretek.
Beberapa jenis minyak atsiri yang sering digunakan, di antaranya minyak lavender, tea tree oil, minyak kemenyan, peppermint, minyak lemon dan serai.
Minyak atsiri dihasilkan dari beberapa jenis tanaman. Di antaranya dari pohon Melaleuca alternifolia, yang menghasilkan minyak pohon teh atau tea tree oil. Bisa juga dari serai wangi, cengkih dan kayu putih.
Atau yang umumnya ditanam oleh para petani adalah nilam (Pogostemon cablin Benth). Bisa dipanen 3 kali dalam setahun dengan produksi per hektare bisa mencapai 15-20 ton daun basah atau 5 ton daun kering. Dengan rendamen 2,5-4 persen, maka produksi minyak nilam per hektare dapat mencapai 100 sampai 200 kilogram.
Dalam perdagangan internasional, minyak nilam dikenal sebagai minyak patchouli. Harga minyak atsiri di dunia juga relatif tinggi. Bisa mencapai lebih Rp 1 juta per kilogram. Karena itu bertani atau berbisnis minyak atsiri memang sangat menjanjikan. Banyak petani nilam yang sukses dan hidup berkecukupan.
Menurut Myrna, pihaknya telah menggandeng para ahli di bidangnya dari perguruan tinggi di antaranya IPB untuk meriset area Bukit Tengkorak. Hasilnya mereka merekomendasi di sana bisa dibangun hutan penghasil minyak atsiri.
Otorita IKN, kata wanita berusia 55 tahun ini, mendorong keterlibatan institusi pendidikan untuk pengembangan riset inovasi di IKN. “Karena itu kami mengundang banyak universitas dari dalam negeri untuk terlibat bersama-sama dalam pengembangan riset salah satunya juga dengan pengembangan hutan pendidikan disandingkan dengan teknologi,” jelasnya.
Atsiri Research Center (ASR) Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Banda Aceh ditetapkan sebagai Pusat Unggulan Iptek Nasional untuk nilam oleh Direktorat Kelembagaan Kemenristek Dikti. Sudah sembilan produk turunan nilam dihasilkan dari ASR di antaranya parfum dan pewangi ruangan.
Bukit Tengkorak tadinya oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) PPU akan dijadikan lokasi transmigrasi lokal (Translok). Sudah ada 100 kepala keluarga (KK) yang siap pindah ke sana. Berdasarkan SK Gubernur Kaltim, sudah ditetapkan lahan seluas 30 ribu hektare.
Tapi sejak terbitnya PP No 27 tentang Kewenangan Khusus Otorita IKN, Bukit Tengkorak masuk kawasan IKN. “Jadi ya batal rencana translok itu. Mungkin kita cari lokasi lain,” kata Muhammad Sukadi Kuncoro, kepala Disnakertrans PPU.
ADA JUGA GUA TENGKORAK
Selain Bukit Tengkorak, ternyata ada juga nama Gua Tengkorak. Lokasinya di Desa Kasungai, Kecamatan Batu Sopang, Kabupaten Paser. Masih bertetangga dengan wilayah Kabupaten PPU, di mana ada Lokasi IKN.
Gua Tengkorak benar-benar ada tengkoraknya. Di situ setidaknya terdapat 35 tengkorak dengan ratusan tulang belulang manusia. Kalau dihitung ada sekitar 170 tulang belulang.
Menurut cerita, Gua Tengkorak memang oleh suku Dayak Paser yang masih menganut kepercayaan Kaharingan dijadikan tempat penguburan anggota keluarga mereka. Makanya di sana terdapat puluhan tengkorak manusia.
Gua yang berada di tebing dengan ketinggian 35 meter dari permukaan laut, bisa ditempuh melalui jalur darat sekitar satu jam lebih. Jaraknya sekitar 55 kilometer dari Tanah Grogot, ibu kota Paser. Atau 4 kilometer dari tepi jalan trans Kalimantan Km 130 Balikpapan-Banjarmasin.
Untuk masuk ke dalam gua, pengunjung lebih dulu melewati anak tangga dari kayu dengan ketinggian 35 meter. Suasananya cukup mistis. Mulut Gua Tengkorak berada di tengah tebing kapur dengan sisi yang tegak lurus dengan dinding kapur.
Oleh Pemerintah Kabupaten Paser, Gua Tengkorak sudah ditetapkan sebagai kawasan cagar budaya dan dikembangkan sebagai salah satu objek wisata yang menarik. Karena itu dibangun beberapa fasilitas pendukung di antaranya gazebo, toilet, panggung hiburan dan kolam renang. Tapi saya dengar sebagian fasilitas itu sekarang kurang terurus dan tidak berfungsi.
Pengunjung yang datang ke sana, selain ingin melihat Gua Tengkorak, biasanya wisata mandi di bawah aliran air bendungan. Airnya cukup jernih dan menyejukkan. Lalu makan-makan di atas gazebo, yang berada di puncak sisi sebelah bendungan.
Saat berkunjung ke Gua Tengkorak, kita bisa menyaksikan aktivitas penambangan pasir yang dilakukan masyarakat. Di sekitar sungai sebelum Gua Tengkorak, banyak warga yang menggantungkan hidupnya dari penambangan pasir.
Saya belum pernah berkunjung ke Bukit Tengkorak IKN dan Gua Tengkorak di Batu Sopang. Maunya ke sana. Menarik juga untuk dilihat. Mungkin suatu saat ada yang berani membuat film. Judulnya: Atsiri di Bukit Tengkorak. Ceritanya, ada gadis bernama Atsiri kelahiran Bukit Tengkorak jalan-jalan dan jatuh cinta di Gua Tengkorak. He..he seru juga kalau jadi difilmkan.(*)