MENUTUP akhir tahun dengan perjalanan umrah ke Tanah Suci, jadi impian sebagian umat Islam di Tanah Air. Nilai ibadahnya terasa luar biasa. Setidaknya dapat menguatkan hati untuk menghadapi tantangan hidup di tahun baru. Sekalian berdoa untuk mendapat berkah di tahun depan.
Itu yang dilakukan pengusaha Balikpapan Sabri Ramdhani bersama putrinya. Juga Balqis Bibi Zaitun, yang dulu pernah menjadi sekretaris redaksi Kaltim Post ketika saya masih menjadi wartawan. Mereka di antara ribuan jamaah umrah akhir tahun 2022 ini.
Sebelumnya juga anggota DPRD Kaltim Adam Sinte bersama istrinya, Ani Adam lebih dulu ke sana. Malah bersamaan dengan membuka cabang perusahaan travel haji/umrah, DAP Tour & Travel, Adam akan berangkat lagi pertengahan Januari 2023 nanti bersama seluruh keluarga. “Biar lebih afdol lagi di tahun 2023,” katanya.
Sementara Sabri berangkat hanya berdua dengan putrinya, pekan lalu. “Saya berangkat berdua bersama putri saya, Nadia. Karena sesuatu hal, istri saya tak bisa menyertai,” kata pengusaha senior yang pernah menjadi direktur utama Perusda Kaltim, Melati Bhakti Satya (MBS).
Sabri terbilang pengusaha sukses. Dia bergerak di perusahaan farmasi dan feri penyeberangan. Alumnus Fakultas Farmasi UI 1976 ini, juga pernah menjadi ketua Ikatan Alumni Universitas Indonesia (Iluni UI) Kaltim. Teman seangkatannya di antaranya Prof Rhenald Kasali. Beberapa kali saya mau diajaknya bertemu guru besar bidang manajemen ini. Kebetulan saya juga akrab dengan sang profesor saat masih aktif sebagai wartawan.
Sedang Balqis berangkat ke Tanah Suci bersama putrinya. Dia sekarang tinggal di Surabaya dan mengembangkan bisnis penjualan tas-tas wanita bermerek. Sebelum sampai ke sana, mereka liburan dulu ke Dubai, salah satu kota wisata paling populer di jazirah Arab, yang memiliki Burj Khalifa, bangunan tertinggi di dunia. “Wow Dubai keren banget. Negara maju,” katanya.
Sabri dan Balqis merasakan suasana yang lain di Tanah Suci. Maklum sekarang musim dingin, jadi kalau salat subuh ke Masjid Nabawi di Madinah atau Masjidilharam di Makkah terasa sekali menusuk di badan. Apalagi kalau masih berpakaian ihram. “Ya di Madinah yang dingin banget sekitar 16 – 18 derajat. Kalau di Makkah lebih lumayan,” katanya.
Sesuatu yang luar biasa terjadi Sabtu subuh kemarin. Kota Makkah diguyur hujan lebat. “Alhamdulillah, saya bisa menyaksikan hujan. Tapi jamaah subuh di Masjidilharam tetap penuh,” kata Sabri. Kegembiraan juga dirasakan Balqis. Dia nekat ke masjid menggunakan baju jas tebal dan memegang payung. “Kapan lagi merasakan suasana seperti ini di Tanah Suci,” katanya.
Suasana dingin tentu tidak bisa kita temukan saat pelaksanaan ibadah haji. Sebab udara pada waktu itu sangat panas. Suhu bisa mencapai di atas 40 derajat. Itu sebabnya petugas selalu mengingatkan jamaah agar membasahi kepala atau menggunakan payung pelindung untuk menghindari terjadinya heat-stroke.
Saya pernah menjadi petugas haji waktu jadi wartawan. Sambil menulis, seraya membantu jamaah. Terkadang ikut merujuk jamaah lanjut usia yang terkena heat-stroke ke rumah sakit. Ratusan bahkan ribuan jamaah haji seluruh dunia meninggal dunia setiap tahun karena sengatan panas.
Saya mengingatkan Balqis untuk menyempatkan diri ziarah ke makam ibunya, almarhumah Mila Maryam Faris di Al Ma’la, tak jauh dari Kakbah. Walau makamnya tidak berbekas. Sebab, makam di tanah Arab hanya ditandai sebongkah batu tidak seperti di tempat kita, ada batu nisan dan nama.
Ibunda Balqis berangkat haji bersama saya. Beliau mengalami pendarahan di kepala ketika mencium Hajrul Aswad di sudut Kakbah. Tidak disangka ada seseorang yang menarik kepalanya sehingga terbentur. Setelah menjalani perawatan di RS King Abdul Aziz selama seminggu, dia meninggal dunia. Saya ikut memakamkan sampai ke Ma’la.
Warga setempat menyebut kompleks pemakaman itu sebagai Jannat Al Ma’la. Ini pemakaman sangat penting bagi umat Islam dan bersejarah karena sudah ada sebelum Nabi Muhammad SAW lahir. Di situ ada keluarga Nabi di antaranya kakek Nabi, Abdul Mutthalib, paman Nabi, Abu Thalib, dan istri pertama Nabi, yaitu Siti Khadijah.
Balqis mengaku sudah ziarah ke Ma’la. Ia menitikkan air mata teringat kasih sayang ibunya. Tapi hanya bisa melihat dari luar pagar. Karena wanita dilarang masuk. “Alhamdulillah, saya sudah berdoa untuk almarhumah Ibu,” katanya.
MAKIN RAMAI
Menurut Adam, banyak perubahan dalam melaksanakan ibadah dan ziarah di Madinah dan Makkah. “Tujuan penguasa Al Haramain memperlancar kita beribadah. Maklum yang datang tetap penuh, apalagi sudah tidak Covid lagi,” kata ketua Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS) Balikpapan ini.
Jika kita ingin salat dan berdoa di Raudah tidak lagi mesti rebut-rebutan. Cukup menyetor visa ke petugas. Tapi biasanya diurus oleh muntowib. Lalu antre per 200 orang. Masing-masing kelompok diberi waktu 15 menit. “Jadi kita bebas salat dan berdoa termasuk di depan mimbar dan makam Rasulullah,” kata Adam.
Raudah, yang berada di dalam Masjid Nabawi adalah tempat yang mulia dan istimewa. Sebab di sinilah sekitar 1.400 tahun yang lalu, Rasulullah SAW beribadah, salat, menerima wahyu, dan berdakwah. Di tempat ini juga para sahabat melaksanakan ibadah.
Saya teringat almarhum Jhony Ng, anggota DPRD Balikpapan. Dia sangat cekatan jika kita ingin salat di Raudah. Saya kalah. Dia gampang sekali lewat di sela-sela kepala jamaah. Sementara saya rada sungkan, tak enak mengganggu orang yang sudah salat di situ.
Ada pengaturan baru bagi jamaah yang ingin tawaf di lantai utama Kakbah. Kalau dulu siapa saja boleh. Kalau sekarang yang berpakaian ihram saja yang diperkenankan. Jika jamaah melaksanakan tawaf biasa dipersilakan naik ke atas melalui tangga eskalator.
Adam tak kurang akal. Sebenarnya dia melaksanakan tawaf biasa. Jadi pakai baju biasa. Supaya bisa salat di depan Kakbah, bagian luarnya dia bungkus dengan pakaian ihram. “Alhamdulillah lolos dari petugas,” katanya tersenyum.
Menurut owner PT Wahyu Abadi Wisata Balikpapan, H Ahmad Basir, perjalanan umrah di akhir tahun memang semarak. Banyak jamaah yang ingin merasakan suasana tahun baru dengan melaksanakan ibadah umrah. “Alhamdulillah banyak yang menggunakan jasa Wahyu Abadi,” katanya.
Dengan paket keberangkatan 9 hari, jamaah dikenai biaya sekitar Rp35 juta per orang. Mereka menggunakan pesawat Garuda, hotel Grand Plaza di Madinah dan Swisshotel Makkah. Sedang paket 12 hari biayanya Rp31,5 juta, pesawat Lion Air dengan fasilitas hotel bintang 3 dan 4. “Alhamdulillah sudah 147 jamaah yang berangkat bersama Wahyu Abadi,” jelasnya
Saya belum pernah umrah di akhir tahun. Juga di bulan Ramadan. Cucu saya, Defa dan Dafin ingin betul menjadi dhuyufurrahman, tamu Allah di Tanah Suci. Saya bilang kita berdoa, semoga Allah memberi jalan. Selamat tinggal 2022 dan selamat datang tahun baru 2023.(*)