Catatan Rizal Effendi
TUGU kapal atau perahu di jalan masuk Stadion Batakan Balikpapan jadi viral. Daerah sekitar tugu, Selasa (14/1) lalu terendam menyusul hujan hebat yang mengguyur kota. Lalu ramai para netizen memberi komentar. Kalimatnya memang agak nakal: “Kapal Siap Berlayar.”
Tentu ada yang tersenyum, ada juga berpandangan kritis. Yang senyum karena seolah-olah tugu kapal itu benar-benar sedang bersiap berlayar. Yang kritis bilang, sebaiknya kejadian ini jadi bahan evaluasi Pemkot. Mana yang harus lebih diprioritaskan, penanganan banjir atau membangun tugu. Apalagi membangun tugu kapal itu menguras APBD Kota 2024 sebesar Rp4 miliar.

Komentar dari netizen lainnya macam-macam. “Hebat memang Pemkot Balikpapan ini. Bisa memprediksi Balikpapan bakal tenggelam, makanya dibuatkan kapal,” kata akun olanelmizan di Instagram. “Konsep wali kotanya kan punya kapal. He..he,” kata akun fadli.h.p.
Soal pembangunan tugu kapal itu, ada penjelasan dari Kepala Bidang Pengawasan dan Pengendalian (Wasdal) Dinas Pertanahan dan Penataan Ruang (DPPR) Pemkot Balikpapan Budhi Setya Wirastama kepada Lintasbalikpapan.com, yang juga dikutip terasinfo.bpn.
Menurut Budhi, tugu perahu setinggi 17 meter itu adalah masukan atau ide kreatif Wali Kota Balikpapan Rahmad Mas’ud untuk mempercantik kota Balikpapan. Ide patung kapal diambil karena wilayah Balikpapan Timur merupakan wilayah bahari. Sehingga kehadiran tugu kapal itu sesuai dengan ciri khas wilayah tersebut.
Karena tugu kapal itu dibangun di jalan masuk Stadion Batakan, ada netizen yang nyeletuk. “Stadion Batakan. Persiba Balikpapan Tim Beruang Madu. Tugunya kapal. Konsepe piye iki???” tanya akun bernama lamarhayaman.st. Apalagi di bawah tugu kapal itu tertulis “Stadion Batakan.”
Pemkot Balikpapan rencananya juga membangun jogging track di area jalan masuk Stadion Batakan. Drainase yang ada di tengah jalan pintu masuk akan ditutup dan dijadikan lintasan jogging track. Jadi masyarakat bisa berolahraga di sana.
Selain tugu perahu, Pemkot Balikpapan juga membangun landmark kota lainnya di persimpangan BSCC Dome, Jl Ruhui Rahayu-Jl Syarifuddin Yoes. Biayanya lebih murah dari tugu kapal. Yaitu sebesar Rp3 miliar dan sumbernya sama APBD Kota Balikpapan 2024.
Ada yang bertanya tugu di simpang Dome itu mencerminkan apa? Yang cepat dipahami hanya bangunan talawang, yang dikenal sebagai senjata perisai tradisional khas suku Dayak. Ada 5 talawang dipasang mengelilingi tugu, yang mencerminkan Balikpapan sebagai kota 5 dimensi.
Tempo hari Plt Kepala DPPR Kota Balikpapan, Muhammad Farid Rizal pernah menjelaskan, landmark simpang Dome mengusung 4 tema, yaitu Madinatul Iman, Kota Lima Dimensi, Titik Temu Peradaban, dan Ruhui Rahayu.
Agak unik juga konsep Ruhui Rahayu bisa masuk. Soalnya istilah ruhui rahayu adanya di lambang Provinsi Kalimantan Timur. Di lambang kota Balikpapan, yang tercantum adalah “Manuntung.” Itu bahasa Banjar yang berarti bekerja sampai tuntung atau tuntas. Tapi mungkin pertimbangannya karena keberadaan landmark itu di Jl Ruhui Rahayu.
Frasa ruhui rahayu adalah semboyan dalam bahasa Banjar, yang bermakna rukun, damai, tenteram dan harmonis. Baik juga.
Secara teknis, bangunan landmark itu terdiri dari tugu plaza atau monumen, water feature, amphitheater dan badan air. Bagian tugu, plaza dan water feature berada di sisi simpang dari arah Jl Ruhui Rahayu, sedang amphitheater dan badan air berada di simpang antara Jl Manuntung dan Jl Ruhui Rahayu.
Mengutip dari Balikpapan Pos, desain landmark simpang BSCC Dome ini adalah hasil sayembara yang dilaksanakan Pemkot bekerja sama dengan Ikatan Ahli Perencana (IAP) Balikpapan.
Pemenangnya Ar Freddy A Simamora, arsitek dari Medan.

Desain landmarknya menonjolkan tiga unsur. Yaitu unsur geografis yang disimbolkan dalam bentuk perahu layar, unsur budaya ditunjukkan dalam bentuk talawang dan unsur sejarah kota dalam wujud sumur Mathilda.
Tahun sebelumnya Pemkot Balikpapan juga merenovasi Tugu Jam Manuntung di persimpangan kantor Pemkot. Tugu jam itu dibuat lebih ikonik dan bisa menyanyikan lagu hymne Balikpapan.
Dalam rangka mempercantik kota, Pemkot Balikpapan banyak melakukan penataan. Selain tugu, juga taman dan penataan koridor jalan seperti di Jl Ruhui Rahayu, Jl MT Haryono, dan Jl Jenderal Sudirman di sekitar gedung parkir dan Taman Bekapai.

HEBOH PATUNG PESUT
Sementara itu, di Samarinda juga heboh dengan patung pesut Mahakam. Pada tahun 2024 kemarin, ada dua patung pesut Mahakam dibangun. Satu gagasan dari Pj Gubernur Kaltim Akmal Malik dan satunya lagi dari gagasan Wali Kota Samarinda Andi Harun.
Yang digagas Akmal Malik dibangun di ujung Jembatan Mahakam IV, tepatnya di persimpangan Jalan Cipto Mangunkusumo sisi Samarinda Seberang. Akmal memercayakan pengerjaannya kepada seniman ternama John Martono dari Bandung dengan anggaran APBD Kaltim 2024 sebesar Rp1,8 miliar.
Patung bertulis “Selamat Datang di Samarinda” itu sebagai kado menyambut HUT ke-68 Provinsi Kaltim, 9 Januari 2025 lalu. Sekaligus sebagai bentuk apresiasi dan kenang-kenangan Akmal sebelum mengakhiri masa jabatannya di Kaltim.
Akmal mengaku sangat peduli dengan pesut Mahakam. Soalnya hewan itu makin langka. Dia memperkirakan populasi pesut Mahakam hanya tersisa 26 ekor. “Karena semakin berkurang, jadi kita buat tugu atau sculpture pesut untuk mengingatkan kepada kita semua untuk menjaga dan melestarikannya,” imbuhnya.
Pesut Mahakam yang disebut dalam bahasa latin Orcaella brevirostris adalah jenis hewan mamalia yang sering disebut lumba-lumba air tawar. Keberadaannya semakin langka. Hampir punah. Kabarnya hewan sejenis ada juga di Sungai Mekong dan Sungai Irrawaddy, Myanmar. Karena itu peneliti Barat lebih mengenal hewan ini dengan nama Irrawaddy Dolphin.
Dulu kalau ke pedalaman Mahakam, saya suka berlama-lama di Danau Jempang, Danau Semayang dan Danau Melintang. Pesut suka berkeliaran di sana. Soalnya di situ banyak ikan dan udang, yang menjadi makanan pesut.

Ada legenda di balik adanya pesut Mahakam. Konon dahulu ada kakak beradik yang tinggal di tepi Mahakam berubah menjadi pesut setelah menelan nasi ketan panas dan melompat ke sungai. Mereka dizalimi oleh ibu tirinya.
Sepanjang tahun 2024, ada lima ekor pesut ditemukan warga mati. Malah seekor ditemukan bulan Juni 2024 di Samarinda. Ada dugaan tertabrak kapal pembawa batu bara. Selain juga akibat kualitas air Mahakam yang semakin buruk dan berkurangnya ikan sebagai makanan pesut.
Peneliti dari Yayasan Konservasi Rare Aquatiq Species of Indonesia (RASI), Danielle Kreb mengharapkan bantuan dan dukungan semua pihak untuk menjaga habitat pesut. “Data kita populasi pesut Mahakam saat ini sekitar 65-70 ekor,” kata wanita yang sudah 26 tahun meneliti pesut Mahakam ini.
Patung pesut Mahakam yang dibangun Pemkot Samarinda tahun 2024 bikin heboh. Soalnya bentuknya tidak seperti pesut. Patungnya dibangun di kawasan simpang Lembuswana dengan menghabiskan anggaran APBD Kota Samarinda Rp1,1 miliar.
Tugu pesut setinggi 8 meter itu terbuat dari konstruksi baja berlapiskan kabel plastik daur ulang. Bentuknya siluet pesut Mahakam berwarna merah. Jadi yang melihatnya tidak bisa langsung menatapnya sebagai pesut. Malah mirif huruf G, jadi terbilang abstrak. Mungkin menggambarkan pesut yang loncat dari atas air.
Menurut Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dari DPUPR Samarinda, Uwim Mursalim, ada 3 desain yang diajukan kepada Wali Kota Andi Harun. “Beliau memilih desain yang berbentuk siluet seperti yang kita bangun sekarang,” jelasnya.
Andi Harun sudah mendengar ada warga yang tidak setuju dan kecewa dengan tugu pesut yang digagasnya. “Desain tugu ini adalah ilustrasi pesut dalam bentuk karya seni interpretatif. Saya memahami jika hal ini memunculkan diskusi, dan itu tidak masalah,” katanya seperti diberitakan sukri.id.
Eka Yusriansyah, dosen di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman (UNMUL) menilai tugu pesut yang dibangun Pemkot Samarinda gagal dari sudut pandang estetika masyarakat.
“Dari perspektif unity, tugu ini tidak tampak seperti pesut. Dari complexity dan intensity hanya sedikit orang yang mampu memahami pesan yang disampaikan,” kata Eka seperti dikutip dari Presisi.co.
Patung pesut Mahakam sebelumnya sudah ada di 2 lokasi di Samarinda. Yang satu di dekat Kantor Gubernur dan satunya lagi di dekat Jembatan Mahakam Jl Slamet Riyadi. Malah yang dekat jembatan diresmikan langsung oleh Presiden Soeharto bersamaan dengan peresmian jembatan pada tahun 1986.
Patung itu dibuat seniman asal Jakarta, Azmir Azhari atas pesanan Gubernur Kaltim ke-7, H Soewandi. Belakangan telantar dan akhirnya dipindahkan.(*)