
Catatan Rizal Effendi
BEBERAPA lalu ada pemilihan Ketua RT 43 Kelurahan Sepinggan Baru di Balikpapan Regency. RT 43 meliputi warga yang tinggal di kluster deRoyale dan Mediterania. Saya sendiri tinggal di kluster deRoyale. Sedang di Mediterania ada rumah Abdul Gafur Mas’ud (AGM), Bupati PPU yang tersandung KPK.
Ada dua calon ketua RT-nya. Lutfi Andika Putra, SH yang akrab dipanggil Mas Lutfi dari deRoyale dan Bu Emy dari Mediterania. Sedang RT lama, Pak Didit tidak lagi mengajukan diri. Hasil pemilihan dimenangkan Mas Lutfi dengan 43 suara. Dia hanya menang 2 suara dari Bu Emy, yang mendapatkan 41 suara. Seru juga.
Di sela pemilihan ada yang seorang ibu usul kepada saya. Kenapa tidak Pak Rizal saja, yang sudah pengalaman jadi wali kota? Kebetulan Mas Lutfi masih muda. Usianya 32 tahun. Saya bilang saya sangat mengapresiasi ada anak muda mau jadi ketua RT. Itu harus kita hargai. Soalnya sekarang ini kebanyakan anak muda maunya langsung jabatan yang tinggi dan instan. Bahkan tak jarang juga main duit.

Mulai tahun ini masa jabatan ketua RT 5 tahun. Dulu hanya 3 tahun. Tapi ke depan ketua RT tidak bisa lagi dipilih terus menerus. Karena dibatasi maksimal hanya 2 periode saja. Jadi masa bhaktinya sama dengan kepala daerah.
Sekarang memang musim pemilihan ketua RT di Balikpapan. Kabarnya sampai Desember. Jumlah RT di kota ini ada 1.784. Dalam Perda lama jumlah Kepala Keluarga (KK) dalam satu RT dibatasi tak lebih 60 KK. Tapi dari ketentuan baru bisa sampai 300 KK, agar lebih efisien.
Apakah jadi ketua RT prestise? Bisa iya bisa tidak. Ada yang menganggap jadi ketua RT hanya pengabdian. Itu tercermin dari dua teman saya yang jadi ketua RT di Balikpapan Baru (BB), Mas Hafni dan Mas Ery. Tapi ada juga yang melihat dari sisi pendapatan dan politik. Maklum Pak RT di Balikpapan dapat dana operasional yang akrab disebut DO sebesar Rp1,5 juta potong pajak.
Tugas ketua RT membantu pelayanan publik yang dilakukan kelurahan, mengurus administrasi kependudukan, memelihara keamanan dan ketertiban, menjadi jembatan komunikasi antara warga dengan pemerintah khususnya kelurahan serta mengkoordinir berbagai kegiatan sosial di lingkungannya.

Ketika ada Pilpres, Pileg atau Pilkada, jabatan ketua RT jadi seksi dan strategis. Mereka sering dimanfaatkan calon untuk mengumpulkan massa atau suara. Sayangnya kebanyakan tidak gratis, tapi ada ha-hu-ha-hu-nya. Ada istilah popular yang diucapkan mereka: “Adakah?????.”
Teman saya caleg sempat heran, karena ada RT yang menolak atau mengembalikan amplop untuk warganya. Ternyata isinya kalah besar dengan caleg lain. Tapi dia bersyukur Pak RT masih mau mengembalikan. Sebab, ada juga RT yang terima kiri kanan.
Tapi tidak sedikit juga RT yang mau bersikap jujur dan netral. Mereka membuka diri untuk semua calon masuk ke lingkungannya. Warga dipersilahkan memilih sesuati hati nurani. Supaya tidak menyesal di kemudian hari.
Setelah terpilih jadi Ketua RT 43, Mas Lutfi sibuk menyusun “kabinetnya.” Sekaligus menyusun program kerja. Ada arisan, ada pengajian, kirim surat ke pengembang dan berbagai rencana warga. Sampai-sampai dia jatuh sakit dan drop kesehatannya.

DISAMBUT TABEBUYA BERBUNGA
Seakan menyambut kemenangan Mas Lutfi, ada 5 pohon pelindung di pintu masuk kluster deRoyale langsung berbunga. Yang menarik bunganya banyak sekali berwarna putih. Sampai berserakan di bawah. Saya kira bunga sakura, ternyata bukan.
Lima pohon setinggi 8 sampai 10 meter itu ternyata pohon tabebuya. Nama latinnya Handroanthus chrysotrichus. Memang sering dikira sakura karena bila berbunga bentuknya memang mirip bunga sakura. Semua ranting penuh bunga sedang daunnya rontok semua.

Menurut Google, kedua tanaman ini sama sekali tidak berkerabat. Bunga sakura memiliki genus Prunus dari famili Rosaceae, sedang bunga tabebuya dari famili Bignoniaceae.
Tabebuya adalah flora endemik asal Brazil. Karena itu ada yang bilang tabebuya adalah Sakura Brazil atau Sakura Tropis. Tabebuya singkatan dari “tacyba bebuya” yang berarti “kayu semut.” Bunga ini diibaratkan sebagai kumpulan semut yang hidup di ranting berongga.
Tanaman tabebuya memiliki ketahanan hidup yang tinggi dalam cuaca kering. Pohon ini adalah pohon hias populer yang dapat tumbuh di berbagai jenis tanah di daerah subtropis dan tropis. Karena itu cocok untuk tanaman penghijauan yang umumnya kurang penyiraman.
Warna bunga tabebuya ternyata cukup banyak. Tidak putih saja. Ada merah muda, kuning, kuning jingga, magenta, plum dan merah. Hebatnya, dia berbunga tidak putus, sejak awal musim kemarau hingga menjelang musim hujan. Bahkan sekarang ini musim pembungaan tanaman ini dapat diatur melalui manipulasi pola pemupukan.

Sejauh yang saya ketahui tabebuya baru ada di Balikpapan Regency. Saya tidak melihat ada tumbuh di kompleks perumahan Balikpapan Baru, Wika, BDI atau Grand City. Tapi di beberapa ruas jalan Balikpapan saya lihat ada tabebuya. Misalnya di Jl A Yani, Gunung Malang dan Jl Jenderal Sudirman, khususnya sepanjang Markoni sampai Klandasan.
Di sana saya temukan tabebuya kuning (Hendroanthus chrysotrichus) dan tabebuya merah muda (Handroanthus impetiginosus) yang lagi berbunga. Pohon tabebuya kuning sepertinya agak beda dengan tabebuya lainnya. Soalnya lebih mirip dengan pohon Kamboja.

Seperti di Balikpapan, beberapa kota di Jawa juga menjadikan tabebuya sebagai tanaman peneduh. Seperti di Surabaya, Batu, Magelang, Malang, Kediri dan Semarang. Malah di Surabaya ada Taman Tabebuya.
Dengan keindahan bunga tabebuya, saya doakan karier Mas Lutfi berkembang dan harum. Dari Pak RT bisa menjadi Ketua LPM. Lalu anggota Dewan, bahkan bisa menjadi kepala daerah. Jangan-jangan bisa jadi menteri atau presiden. Soalnya ibu kota negara sudah pindah ke IKN di Sepaku, tak jauh dari Balikpapan. Jadi wajar orang Balikpapan punya kesempatan memimpin di sana. Selamat berkarya Mas RT. Mengabdi seperti Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa yang langsung dicintai masyarakat.(*)
