Selamat Jalan, Om Rudy

Om Rudy Suardana dan istri, Tante Susiana.

SAYA dapat kabar dukacita dari grup WA MANUNTUNG 88, Rabu (22/2) pagi sekitar pukul 10.00. Yang memposting  Gusti Amri. Kabar dukacita itu berkenaan dengan meninggalnya pengusaha senior Balikpapan, Rudy Suardana, pendiri dan pemilik PT Samekarindo Indah, perusahaan yang menjadi main dealer Suzuki untuk wilayah Kaltim dan Kaltara.

Amri sendiri meneruskan WA dari keluarga almarhum. Di situ disebutkan bahwa Rudy Suardana, yang akrab dipanggil Om Rudy meninggal dunia dalam usia 85 tahun pada Rabu, 22 Februari 2023 pukul 04.45 WIT di Rumah Sakit Mount Elizabeth Singapura.

“Rencana jenazah akan disemayamkan  di Rumah Duka Adi Jasa Jl Demak No 90-92 Surabaya. Jadwal pemakaman diinformasikan lebih lanjut,” begitu pesan dari keluarga almarhum.

Grup WA MANUNTUNG 88 adalah wadah komunikasi eks wartawan dan karyawan Harian Kaltim Post, yang awalnya bernama ManuntunG. Termasuk saya dan Zainal Muttaqin (Zam) ada di sana. Kita semua akrab dan berutang budi dengan Om Rudy.

“Turut berdukacita atas berpulangnya Om Rudy. Beliau orang baik,” kata Balqis, mantan sekretaris redaksi, yang sekarang bermukim di Surabaya. “Kita semua berduka atas wafatnya Om Rudy Suardana, mengingat semua kebaikan  Om Rudy terhadap keluarga kami dan kota Balikpapan,” kata Zam.

Om Rudy cukup lama dirawat di RS Mount Elizabeth Singapura. Tingkat kesehatannya tidak banyak mengalami kemajuan karena dia mendapat serangan stroke yang akut. Zam dan beberapa kerabat pernah membesuknya di sana.

Bersama tim balap lokal Suzuki.

Saya berusaha menghubungi salah satu putra Om Rudy, Andy Anantaputra Suardana, tapi belum direspon. Salah seorang karyawan menyebutkan, Andy tengah sibuk mengurus jenazah ayahnya di Singapura. Andylah sekarang ini yang dipercaya menjalankan kemudi PT Samekarindo Indah.

Ketika ManuntunG terbit pertama kali 5 Januari 1988 atau 35 tahun silam,  maka orang pertama atau perusahaan pertama yang mau memasang iklan adalah perusahaan Om Rudy. ManuntunG tidak terima uang cash dengan pemasangan iklan tersebut, tapi barter dengan kendaraan mobil dan sepeda motor Suzuki. Maklum waktu itu ManuntunG hanya punya satu armada untuk mengantar dan distribusikan koran.

Hubungan itu berlangsung bertahun-tahun. Sehingga hubungan kita sudah tak lagi sekadar antara perusahaan pemasang iklan dengan perusahaan koran, tapi sudah seperti keluarga sungguhan. Kita sering dipanggil Om Rudy dan istrinya, Susianawati Harlim Suardana, yang akrab kami panggil “Tante.”

Tante Susiana sering memasak. Kami disuruh makan baru boleh pulang. Dia lebih dulu berpulang. Ia meninggal  dunia 21 Oktober 2017 dalam usia 80 tahun. Jenazahnya dimakamkan di Taman Pemakaman Modern Puncak Nirwana, Purwosari , Jatim. Di taman ini juga rencananya pemakaman jenazah Om Rudy, di samping pusara istrinya.

Menerima penghargaan Upakarti dari Presiden Soeharto  di Istana Negara tahun 1993.

Buah perkawinan Om Rudy dengan Tante Susiana, mereka dikaruniai 4  anak, 7 cucu dan 4 cicit. Sebagian meneruskan usaha Om Rudy. Tapi ada juga yang bergerak di bidang usaha lain. Di antaranya tinggal di Surabaya. Mereka selain Andy, juga  Stevie Surjaputra Suardana, Ventje  Chandraputra Suardana, dan Amelia Ratna Kesuma Suardana.

Dani Palar adalah petugas bagian iklan ManuntunG, yang sangat akrab dengan Om Rudy. Terkadang Dani ditugasi Om Rudy di luar tugas pemasangan iklan. Dia seperti sudah menjadi karyawan Samekarindo. “Nyawa (kamu) di mana Dan? Lakasi ke sini,” begitu Om Rudy memanggil semaunya. Om Rudy tinggal satu atap dengan kantor dan bengkel Samekarindo di Jl Jenderal Ahmad Yani,  Gunung Sari Ulu, Balikpapan Tengah.

Meski dari keluarga keturunan, Om Rudy suka berkomunikasi dalam bahasa  Banjar. Maklum dia dilahirkan di Banjarmasin, 13 Mei 1938. Bahkan usahanya sebagai agen Suzuki mulai dirintis dari ibu kota Kalsel tersebut.

“Om Rudy itu tokoh pembaruan. Beliau mantan Ketua Badan Komunikasi Penghayatan Kesatuan Bangsa (Bakom PKB) Balikpapan ,” kata Haris Syamtah, wartawan senior Balikpapan, yang pernah juga mewawancarainya.

Meski bergerak di bidang usaha otomotif,  perhatian Om Rudy terhadap industri kecil dan menengah (IKM) di Balikpapan sangat menonjol. Itu sebabnya pada tahun  1993 dia menerima penghargaan Upakarti langsung dari Presiden Soeharto.

Ketika dirawat di RS Mount Elizabeth Singapura.

PERNAH DI PANTI

Perjalanan hidup dan usaha Om Rudy tidak langsung besar.  Sejak usia empat tahun dia sudah yatim piatu. Ibunya meninggal ketika dia berusia 2 tahun. Dua tahun kemudian ayahnya lagi yang berpulang karena diculik tentara Jepang. Karena itu ia sempat dititipkan di panti yatim piatu Yayasan Katolik di Surabaya.

Ketika kuliah di Fakultas Hukum Unair tahun 60-an,  dia sudah merintis usaha jual beli kendaraan bekas. Lalu menjalani  wajib militer di Angkatan Laut. Karena itu dia pernah mengaku jadi anggota Korps Komando Angkatan Laut (KKO-AL). Dengan bakat dagangnya, dia ditempatkan di Koperasi Angkatan Laut Surabaya dan bahkan kemudian dipromosi menjadi Kepala Cabang Koperasi AL di Jember.

Ketika atasannya pindah ke Banjarmasin tahun 1974 dia ikut diboyong. Jalan terbuka bagi Rudy muda ketika mendapat tawaran menjadi  sub dealer Suzuki. Dua tahun kemudian dia hijrah ke Balikpapan mendirikan PT Samekarindo Indah.

Rudy Suardana dan istri bersama karyawan PT Samekarindo Indah.

Usahanya sebagai dealer Suzuki ternyata berkembang pesat di Kaltim. Terutama ketika dia mengembangan program kredit sepeda motor bagi guru dan PNS. Ribuan sepeda motor setiap tahun didatangkan untuk memenuhi permintaan. Omzetnya langsung melesat. “Saya saja kebagian sepeda motor Suzuki KT 3781,” kata Intoniswan, mantan wartawan Kaltim Post, yang sekarang aktif media online NIAGA.ASIA.

Saya banyak belajar dengan Om Rudy. Dia tak segan memarahi siapa saja untuk memberikan koreksi dan semangat kemajuan. Termasuk kepada saya, meski saya pemimpin redaksi. “Kalau handak maju dan berkembang, harus siap disumpahi,” katanya ceplas-ceplos. Dia juga akrab dengan istri saya, ketika Bunda Arita menjadi kepala Cabang BCA Balikpapan.

Hubungan saya dengan Om Rudy tidak saja urusan iklan dan pemberitaan, tapi juga di dunia olahraga terutama cabang tenis. Saya dan Bu Susan menjadi pengurus Pelti Balikpapan. Dan kebetulan Sekjen Pelti Pusat adalah Subronto Laras, owner PT Indomobil, yang saat itu adalah  pemegang hak pemasaran Suzuki untuk Indonesia. Jadi otomatis Om Rudy sering menjadi sponsor Pelti.

Ada kata menarik dari Om Rudy untuk menyemangati kita yang merintis usaha sendiri. “Lebih baik jadi bos walaupun kecil ketimbang besar, tapi pembantu.” Selamat jalan, Om Rudy. Kami semua mendoakan Om. “Selamat bertemu Tante di Puncak Nirwana.”(*)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *